STRATEGI DAKWAH KHULAFAUR ROSYIDIN
STRATEGI DAKWAH KHULAFAUR ROSYIDIN
I. UNSUR-UNSUR PENDEKATAN DAN METODE DAKWAH
1. Unsur-Unsur Dakwah
Kekuasaan khulaf’ur rasyidin berumur kurang lebih 30 tahun. Srtuktur dakwah pada masa khulafa’ur rasyidin meliputi unsure-unsur dakwah sebagai berikut:
a. Da’i
Pengganti Rasulullah adalah Khulafa’ur rasyidin, mereka adalah Abu Bakar Asidiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib. Ke empat sahabat Nabi ini berperan sebagai ulama’ yang menyebarkan Agama Islam seklaligus berperan sebagai seorang Khalifah (pemimpin). Para da’i pada masa khulafa’ur rasyidin ini adalah, Abu Bakar As-Siddiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Afan, Ali Bin Abi Thalib, beliau-beliaulah yang berperan dalam dakwak pada masa khulafa’ur Rasyidin dan beliau-baliaulah yang menggantikan Nabi dalam menjadi seorang kepala negara. Sehingga corak Da’I pada masa Khulafa’ur rasyidin ini adalah Al-Ulama wa Al-Umara’.
b. Mad’u
Kondisi mad’u pada masa khulafaur Rasyidin adalah bersifat ijabah, karena pada masa Rasulullah sudah banyak orang yang memeluk Agama Islam. Khulafaur Rasyidin hanya tinggal meneruskan perjuangan dakwah rasulullah, namun masih banyak umat yang belum menerima Islam sebagai Agamanya, seperti orang-orang Qurasyi dan Yahudi, sehingga mad’u pada masa Kulafaur Rasyidin bercorak ijabah dan ummah.
c. Materi
Materi yang diterapkan pada masa khulafaur Rasyidin adalah aqidah, syari’ah dan mu’amalah. Adapun aqidah dengan cara mentauhidkan, atau Meng Esakan Allah, sedangkan syari’ah dengan diajarkannya tata cara tentang berwudhu, sholat dan mambaca Al-Qur’an, sedangkan mu’amalah yaitu dengan ditetapkannya zakat bagi orang-orang muslim yang diserahkan kepada baiulmal dan pajak bagi orang-orang non muslim.
d. Metode
Metode yang digunakan oleh khulafa’ur Rasyidin hampir mencakup ruang lingkup dari surat An-Nahl: 125 yang tiga metode dakwah.
e. Media
Kata media berasal dari kata Latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.
Secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video, kaset, slide, dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah. Pada zaman modern seperti ini, seperti televise, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.
f. Tujuan dakwah
Tujuan dakwah adalah tujuan yang hendak dicapai ole kegiatan dakwah. Adapun tujuan dakwah itu dibagi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek yang dimaksud adalah agar manusia mematuhi ajaran Allah da Rasul-Nya dalam kehidupan keseharian, sehingga tercipta manusia yang berakhlak mulia, dan tercapainya individu yang baik(khoiru al-fardiyah), keluarga yang sakinah/harmonis (Khairu al-Usrah), komunitas yang tangguh (Khoitu al-Ummah) dan pada akhirnya akan membentuk bangsa yang sejahtera dan maju (khoir al-baldah) atau dalam istilah yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu: Baldatun thoyyibatun wa robbn ghofur.
g. Efek dakwah
Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya jika dakwah telah dilakukan oleh da’I dengan materi dakwah. Wasilah dan thariqah tertentu, maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada maad’u (penerima dakwah).
2. Pendekatan Dakwah
Sebagaimana telah disebutkan di atas tentang pengertian dakwah, maka dalam menjalankan poses peningkatan iman tersebut, perlu diketahui bahwa dakwah memiliki dua dimensi besar:
1. Dimensi Kerisalahan (bi ahsan alqawl), yaitu penyampaian pesan kebenaran.
2. Dimensi Kerahmatan (bi ahsan al-amal), yaitu pengaplikasian nilai kebenaran.
Sehingga secara umum dakwah memiliki dua pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan Dakwah Struktural
Dakwah struktural adalah kegiatan dakwah yang menjadikan kekuasaan, birokrasi, kekuatan politik sebagai alat untuk memperjuangkan Islam. Dakwah structural bersifat top-down, hingga dalam prakteknya aktivis dakwah struktual bergerak mendakwahkan ajaran Islam dengan memanfaatkan struktur politik, maupun ekonomi guna menjadikan Islam sebagai Ideologi Negara, sehingga nilai-nilai Islam mengenjewantah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2) Pendekatan Dakwah Kultural
Dakwah kultural adalah Pertama dakwah yang bersifat akomodatif terhadap nilai budaya tertentu secara inovatif dan kreatif tanpa menghilangkan aspek substansial keagamaan, Kedua menekankan pentingnya kearifan dalam memahami kebudayaan komunitas tertentu sebagai sarana dakwah. Jadi, Dakwah Kultural adalah dakwah yang bersifat buttom-up dengan melakukan pemberdayaan kehidupan beragama berdasarkan nilai-nilai spesifik yang dimiliki oleh sasaran dakwah.
Menurut Muhammad Shulton bahwa dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang menekankan Islam kultural. Islam kultural adalah salah satu pendekatan yang berusaha meninjau kembali kaitan doktrinal yang formal antara Islam dan politik atau Islam dan Negara.
Tujuh strategi berikut ini adalah alternatif mengembangkan dakwah agar ikut menyelesaikan beberapa problem yang ada:
1. Dakwah harus dimulai dengan mencari “Kebutuhan Masyarakat”. Kebutuhan dimaksudkan bukan hanya kebutuhan sacara objektif memang memang memerlukan pemenuhan, tetapi juga kebutuhan yang dirasakan oleh masyaraka setempat perlu mendapat perhatian.
2. Dakwah dilakukan secara terpadu, dengan pengertian bahwa berbagai aspek kebutuhan masyarakat diatas dapat terjangkau oleh program dakwah, dapat melibatkan berbagai unsur yang ada dalam masyarakat dan penyelenggaraan program dakwah itu sendiri merupakan rangkaian yang terpisah-pisah.
3. Dakwah dilakukan dengan pendekatan partisipatori dari bawah. Dimaksudkan bahwa ide yang ditawarkan mendapatkan kesepakatan masyarakat atau merupakan ide masyarakat itu sendiri, memberi peluang bagi keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan dan keterlibatan mereka dalam pelaksanaan program dakwah.
4. Dakwah dilaksanakan melalui proses sistematika pemecahan masalah. Artinya, program dakwah yang dilakukan masyarakat sejauh mungkin diproses menurut langkah-langkah pemecahan masalah. Dengan demikian, masyarakat dididik untuk bekerja secara berencana, efisien dan mempunyai tujuan yang jelas.
5. Dakwah memanfaatkan teknologi yang sesuai dan tepat guna.
Maksudnya adalah bahwa masukan teknologi dalam pengertian “perangkat lunak” maupun “perangkat keras” yang ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terjangkau oleh pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat dan sekaligus dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, dapat meningkatkan produktifitas dan tidak mengakibatkan pengangguran.
6. Program dakwah dilaksanan melalui tenaga dai yang bertindak sebagai motivator, baik dilakukan oleh tenaga terlatih dari lembaga atau organisasi masyarakat yang berpartisipasi maupun dari luar daerah yang adaptif.
7. Program dakwah itu didasarkan atas asas swadaya dan kerja sama masyarakat. Dimaksudkan bahwa pelaksanaan program dakwah harus berangkat dari kemampuan diri sendiri dan merupakan kerja sama dari potensi-potensi yang ada, dengan demikian setiap bantuan dari pihak luar hanya dianggap sebagai pelengkap dari kemampuan dan potensi yang sudah ada.
Dakwah kultural melibatkan kajian antar disiplin ilmu dalam rangka meningkatkan serta memberdayakan masyarakat. Aktivitas dakwah kultural meliputi seluruh aspek kehidupan, baik yang menyangkut aspek sosial-budaya, pendidikan, ekonomi, kesehatan, alam sekitar dan lain-lain. Keberhasilan dakwah kultural ditandai dengan teraktualisasikan dan terfungsikannya nilai nilai Islam dalam kehidupan individu dan komunal.
3. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa:
Metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa arab disebut thariq
Sedangkan arti dakwah menurut pandangan bererapa pakar atau ilmuan adalah sebagai berikut:
1. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.
2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengkuti petunjuk , menyurh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagian di dunia dan di akhirat.
Dari pendapat diatas dapat diambil pengertian bahwa, metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’I (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.
4. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah
(surat an-nahl:125)
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ [النحل: 125]
ARTINYA : ”Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan-Nya dan Dialah yang lebih mengethui orang-orang yang mendapat petunjuk.(An-Nahl:125)
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dawah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:
1. Al-hikmah
Kata”hikmah”dalam Al-Ouran disebutkan sebanyak duapuluh kali baik dalam bentuk nakirah maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kedzoliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.
Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan,
Ibnu Qoyyim berpendapat bahwa pengetian hikmah yang paling tepat adalah seperti yang dikatakan Mujahid dan Malik yang mendefinisikan bahwa hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran dan pengalamannya, ketepatan dalam perkataan dan pengalamannya. Hal ini tidak bisa dicapai kecuali dengan memahami Al-Quran, dan mendalami syariat-syariat islam serta hakikat iman.
2. Al-Mau’idza Al-Hasanah
Secara bahasa mau’idza Hasanah terdiri dari dua kata yaitu mau’idza berasal dari kata wa’adza-ya’idzu-wa’dzan-idzatan yang berarti: nasihat, bimbingan, pendidikan, dan peringtan, sedangkan hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yng berarti kebaikan lawannya kejelekan.
Menurut Imam Abdullah Bin Ahmad Annasafi yang dikutip oleh haji Hassanuddin adalah senbagai berikut:
Al-Mau’idzah Al-Hasannah adalah (perkatan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Quran.
Dari definisi di atas, mau’idzah hasanah tersebut bisa diklasifikasikan dalam beberapa bentuk:
a. Nasihat
b. Bimbingan, pengajaran (pendidikan)
c. Kisah-kisah
d. Kabar gembira dan peringatan
e. Wasiat
Jadi, kalau kita telusuri kesimpulan dari mau’idzah al-hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam qalbu yang penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.
3. Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan
Dari segi terminologi lafadz mujadalah termbil dari kata “Jadala” yang bermakna memintal, mlilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faa ala, “Jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan.
Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentai dan bukti yang kuat.
Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa Al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang dilakukan dengan memberikan argumentaasi dan bukti yang kuat. Antara satu dan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran. Mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.
5. Metode Dakwah Khulafa’ur Rasyidin
Ada bermacam metode yang digunakan dalam berdakwah pada masa Khulafaur Rasyidin diantaranya sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah metode yang dilakukan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan cara ceramah yang dilakukan di masjid-masjid.
2. Metode Missi(Bi’tsah)
Penyebaran Agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan dengan cara mengutus para da’i. Apabila ada yang menentang atau memberontak maka dilakukan peperangan atau jihad.
3. Metode Korespondensi
Sebelum para da’i dikirim ke daerah-daerah yang akan di dakwahi, terlebih dahulu dikirim surat sebagai pengantar.
4. Metode Ekspansi
Penyebaran Agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi atau perluasan wilayah. Ekspansi yang dilakukan meliputi kawasan Syiria dan Palestina, Irak dan Persia, Mesir, Khurasan, Armenia, Afrika Utara.
5. Metode Tanya-jawab
Metode Tanya-jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan Tanya-jawab untuk mengetahui sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah, disamping itu juga untuk merangsang perhatian mad’u . Seorang mad’u juga dapat mengajukan pertanyaan kepada seorang da’i tentang materi yang belum dikuasai oleh mad’u, sehingga akan terjadi suatu hubungan timbal balik antara da’i dan ,mad’u.
6. Metode Karya Tulis
Metode karya tulis dengan dikumpulkannya lembaran-lembaran sebagai Mushaf, dan pada masa khalifah Utsman dibukukan menjadi sebuah Al-Qur’an.
7. Metode Diskusi
Pada Abu Bakar, beliau berdiskusi dengan Chyrus, pemimipin Romawi dan terjadi kesempatan untuk berdamai .
8. Metode Konseling
Pada masa khulafaurrasyidin, para Khalifah mengajarkan secara langsung cara membaca Al-quran, tata cara berwudhu’, shalat dan cara-cara yang lainya dalam hal apapun yang di rasa belum di ketahui oleh ummat.
9. Metode Kelembagaan
Pada masa khalifah umar bin khatab sudah mampu mengatur dalam sebuah kelembagaan yang di sebut Baitul Mal yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan Negara .
Metode Keteladanan
10. Para khulafa’urrasyidin memiliki sifat yang cerdik, pandai, adil, dermawan dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
11. Metode Propaganda
Didalam proses dakwah pasti terdapat unsur propaganda, guna untuk mempengaruhi seorang mad’u.
12. Metode Silaturahmi
Pada masa khulafa’urrasyidin, para khalifah berkunjung ke daerah-daerah kekuasaanya untuk mengetahui perkembangannya.
6. Media Dakwah
Media yang digunakan pada masa khulafaur Rasyidin adalah:
a. Media Masjid
Masjid di jadikannya sebagai tempat atau sasaran utama oleh para Khulafa’ur Rasyidin, selain itu dijadikan sebagai tempat pengajaran Al-Quran dan Al-Hadits.
b. Media Cetak
Khulafaurrasyidin mengumpulkan Al-Qur’an dan membukukannya, kemudian di sebarkannaya ke seluruh wilayah kekuasaan Islam, yang terjadi pada masa Usman Bin Affan.
c. Lembaga Pendidikan
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, Abu Sofyan mengajarkan Al-Qur’an kepada penduduk perkampungan. Barang siapa yang buta huruf Al Quran akan dikenakan sanksi cambuk.
d. Lembaga Kantor/pemerintahan
Fungsi dari Lembaga Kantor/pemerintahan yaitu bisa juga digunakan sebagai pusat segala aktivitas pemerintahan, seperti gedung-gedung DPR atau istana Negara. Dan pemerintahan pada masa Khulafa’ur Rasyidin ini pemerintahannya dijalankan sesuai dengan nilai-nilai ke Islaman, misalnya pada masa Umar Bin Khattab dibuat sebuah kebijakan untuk membuat sebuah badan yang mengurus zakat. Ini dilakukan agar pembagian zakat bisa diantar dengan baik dan bisa memebantu prang miskin. Pada aktivitas beginilah lembaga Kantor/pemerintahan digunakan atau dibutuhkan.
7. Ciri-Ciri Umum Pada Masa Khulafa Ur Rasyidin.
1. Kader-kader terbaik Rasulullah telah emimpin pemerintahan islam selama 3 tahun. Kekuatan iman yang ada di dada mereka menciptakan motivasi ang kuat untuk melakukan aktivitas dakwah keluar jazira Aarabia. Motive dakwah tersebut membuat kaum muslimin tidak pernah lelah melakukan perjalanan panjang membuka negeri demi negeri untuk menyiarkan agama islam.aktivitas mereka tersebut di dalam sejarah islam dikenal dengan futuhat Islamiyah.
2. Sarana terbesar dakwah pada masa ini(kurang lebih 30 tahun) adalah pemerintahan dan kekuasaan. Lewat media pemerintahan para khalifah menentukan kebijakan dan strategi dakwah baik untuk masyarakat islam atau diluar masyarakat islam.
3. Futuhat islamiyah yang dilakukan oleh para sahabat selalu diikuti oleeh perluasan pemikiran islam. Mayoritas penduduk yang didatangi oleh kaum muslimin mmeluk islam karena pilihan mereka. Mereka memandang kaum muslimin bukan sebagai hantu yang menakutkan, tetapi ibarat kapal penyelamat yang siap membawa mereka ke pulau impian.
4. Kesibukan kaum muslimin membuka wilayah dakwah baru tidak membuat mereka lupa memelihara dan mengembangkan pemikiran islam.
Powered by Blogger.
Blog Archive
-
2015
(15)
- December (5)
-
September
(10)
- PERKEMBANGAN ISLAM DI BENUA AFRIKA
- PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA TENGGARA
- RUNTUHNYA BANI ABBASIYAH
- KEBERHASILAN DAN PERKEMBVANGAN ILMU PENGETAHUAN PA...
- SEJARAH BERDURUNYA BANI ABBASIYAH DI BAGHDAD
- KESULITAN YANG DIHADAPI KHURAFAUR RASYIDIN
- KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KHLAFAUR RASYIDIN
- KEBERHASILA YANG DI RAIH KHULAFAUR RASYIDIN
- PROSES PEMILIHAN KHULAFAUR ROSYIDIN
- STRATEGI DAKWAH KHULAFAUR ROSYIDIN
© Mania Ilmu 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates