KESULITAN YANG DIHADAPI KHURAFAUR RASYIDIN
KESULITAN YANG DIHADAPI KHURAFAUR RASYIDIN
A. Permasalahan-Permasalahan yang dihadapi Abu Bakar
Berikut pemasalah yang telah dihadapi oleh khurafaur rosyidin :
1. Memerangi Kemurtadan
Di waktu Nabi wafat, agama Islam belum mendalam meresapi sanubari penduduk Jazirah Arab. Di antara mereka ada yang telah menyatakan masuk Islam, tetapi belum mempelajari agama Islam itu. Jadi mereka menyatakan Islamnya, tanpa keimanan. Adapula yang masuk agama Islam guna menghindari peperangan melawan kaum Muslimin, karena mereka tiada mengetahui bahwa kaum Muslimin berperang adalah semata-mata untuk membela diri bukan untuk menyerang. Adapula diantara mereka yang masuk Islam karena ingin mendapat barang rampasan atau ingin mendapat nama dan kedudukan
Bangsa Arab tidak bisa menyesuaikan diri dengan aturan-aturan moral Islam yang keras itu. Prinsip-prinsip yang kuat yang didukung oleh Islam dan ketaatan terhadap upacara-upacara agama, seperti salat lima kali sehari, ibadah puasa Ramadhan, pembayaran zakat, larangan minum minuman keras dan berjudi, ikatan-ikatan perkawinan, dan sebagainya, sungguh sangat mengganggu bangsa Arab yang berpikiran bebas, yang hanya diam karena takut kepada Nabi.
Setelah Nabi Muhammad berpulang kerahmatullah murtadlah kebanyakan mereka dari agama Islam. Dan orang-orang yang lemah imannya itu selalu saja memperlihatkan ketidak patuhan mereka kepada agama Islam. Mereka berbuat demikian dimana saja ada kesempatan, seperti yang dilakukan oleh orang-orang munafik pada perang Tabuk, dan seperti sifatnya bangsa Arab penduduk padang pasir yang digambarkan oleh Tuhan keadaan iman mereka dalam ayat suci :
قَالَتِ الأعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الإيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Hujurat: 14)
Peristiwa wafat Nabi mereka jadikan suatu kesempatan untuk menyatakan terus tentang apa yang selama ini tersembunyi dalam hati mereka. Mereka menyatakan kemurtadan mereka dari agama Islam.
2. Nabi-Nabi Palsu
Banyak orang yang ingin mengaku menjadi nabi, karena menganggap jabatan kenabian itu sesuatu yang sangat menguntungkan, menyatakan diri sebagai nabi-nabi dan mulai menarik hati orang-orang dengan membebaskan prinsip-prinsip morali dan upacara agama, seperti menyatakan minum minuman keras dan berjudi adalah halal, pelaksanaan salat mereka kurangi dari lima kali menjadi tiga kali, puasa Ramadan dihapuskan sama sekali, pembatasan-pembatasan dalam perkawinan ditiadakan, dan pembayaran zakat dijadikan suka rela.
Orang pertama yang menganggap dirinya memegang peran kenabian muncul di Yaman. Dia adalah Aswad Ansi. Pada tahun 10 H dia menaklukan Najran, merebut ibu kota Yaman, Sanda, dan menaklukan seluruh wilayah Yaman. Akan tetapi, dia dibunuh oleh seorang saudara gubernur Yaman yang dibunuh oleh Aswad meskipun api pemberontakan tetap berkobar setelah kematian nabi palsu itu. Orang berikutnya yang menganggap dirinya nabi adalah Musailamah Si pembohong yang terdorong oleh keberhasilan Aswad Ansi, mengumumkan bahwa Nabi Muhammad telah mengangkatnya sebagai mitra (patner) di dalam kenabian.
Penganggap ketiga ialah Tulaiha yang disambut sebagai nabi Banu Ghatafan. Sajah, seorang perempuan, adalah orang keempat yang menuntut kenabian. Dia bersal dari suku Banu Yarbu di Arabia Tengah.
3. Orang-Orang yang Membangkang Tidak Mau Membayar Zakat
Adapun orang-orang yang tidak mau membayar zakat, mereka memandang zakat suatu pajak yang dipaksakan, karena itu tidak mau mematuhinya. Tetapi golongan terbesar dari mereka tidak mau membayar zakat adalah karena salah memahamkan ayat suci:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(Q.S. At-Taubah:103)
Mereka mengira bahwa hanya Nabi Muhammad sajalah yang berhak memungut zakat, karena beliaulah yang disuruh mengambil zakat pada ayat tersebut. Menurut paham mereka, hanya pemungutan yang dilakukan Nabi Muhammad saja yang dapat membersihkan dan menghapuskan kesalahan-kesalahan dari ayat suci tersebut.
Maka Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat dan kaum Muslimin menentukan apa tindakan yang harus diambil mengatasi kesulitan-kesulitan ini. Dalam kesulitan yang memuncak inilah kelihatan kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu Bakar. Dengan tegas dinyatakannya seraya bersumpah, bahwa beliau akan memerangi semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran, biar yang murtad, maupun yang mengaku menjadi nabi, ataupun yang tidak mau membayar zakat, sehingga semuanya kembali kepada kebenaran, atau beliau gugur sebagai syahid dalam memperjuangkan kemuliaan agama Allah
C. Permasalahan-Permasalahan yang dihadapi usman bin afan
1. Tersebarnya Fitnah
Kufah adalah sumber pemberontakan utama dalam kekhalifahan Utsman. Banyak penduduk yang mengeluhkan pejabat-pejabat dan para petinggi kota itu. Salah satu bentuk kekecewaan penduduk adalah mereka marah kepada Sa’d bin Abi Waqqas, dan mereka menuduh Walid bin Uqbah meminum khamar. Melihat adanya celah untuk memecah belah, ada beberapa tokoh yang mengambil kesempatan ini untuk membangkitkan kebencian dalam hati orang di kota-kota itu, diantaranya apa yang telah dilakukan oleh Abdullah bin Saba’ ( seorang yahudi dari San’a di Yaman yang pada masa Utsman kemudian masuk Islam ) yang mengunjungi sejumlah kota dalam kawasan Islam dengan berusaha membangkitkan kemarahan penduduk kepada Utsman. Di Bashrah banyak orang awam yang terpengaruh oleh seruannya itu. Sesudah hal itu diketahui oleh Abdullah bin Amir, ia dikeluarkan dari kota. Setelah itu ia pergi ke Kufah menyebarkan seruan yang sama.
2. Utsman Bermusyawarah
Melihat segala propaganda jahat anti politik Utsman dikota-kota kawasan itu, pada musim haji tahun 34 ia memanggil pejabat-pejabatnya yang di kota-kota tersebut untuk dimintai keterangan sebab-sebab terjadinya fitnah itu. Ketika itu datang Abdullah bin Amir, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abdullah bin Abi Sarh, Sa’id bin As dan Amr bin ‘Ash. Utsman berkata pada mereka : “Setiap imam mempunyai pembantu-pembantu dan penasihat-penasihat. Kalian adalah pembantu-pembantu dan penasihat-penasihat saya serta orang-orang kepercayaan saya. Seperti sudah kalian ketahui, mereka menuntut supaya saya memecat para gubernur itu dan menarik kembali semua yang tidak mereka senangi dan menggantinya dengan yang mereka sukai. Berikanlah pendapat dan saran kalian kepada saya dengan sungguh-sungguh
3. Tragedi Pengepungan
Setelah mereka betul-betul telah mengepung rumah Utsman , mereka menuntut Utsman untuk mengundurkan diri dari kekhalifahan atau mereka akan membunuhnya. Dan orang-orang yang berdemo dan menuntut tersebut adalah orang-orang yang sangat rendah agama, akhlak maupun keilmuannya, mereka bukanlah para ulama (ahlul halli wal ‘aqdi). Dengan adanya tuntutan mereka ini, maka sungguh benarlah apa yang telah disabdakan oleh Nabi , dan telah tiba saatnya untuk mengamalkan wasiat beliau . Oleh karena itulah, Utsman menolak untuk mengundurkan diri dari kekhalifahan, seraya berkata : “Aku tidak akan melepaskan pakaian yang telah Allah berikan kepadaku”. Beliau mengisyaratkan kepada wasiat Rasul untuk beliau.
Para pemberontak tersebut melarang Utsman untuk shalat di masjid Nabawi dan melarang beliau makan serta minum dari sumur Rumah yang beliau beli sendiri dari harta beliau untuk orang yang sedang dalam perjalanan.
Pada saat Utsman berada dalam rumah dan para pemberontak berada didepan rumah beliau, beliau mendengar suara dari para pengepung tersebut yang mengancam untuk membunuh beliau. Dan yang nampak, bahwa Utsman tidak mengira perkara ini akan seperti itu. Kemudian beliau keluar dari tempat masuk dan masuk lagi bersama sebagian para sahabat, sedangkan raut wajah beliau telah berubah.
Ia berkata : Sesungguhnya mereka mengancam akan membunuhku tadi. Para sahabat menjawab : Semoga Allah melindungi anda, wahai amirul mukminin. Beliau berkata : Kenapa mereka ingin membunuhku ?! Padahal aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga hal berikut : Seseorang yang kafir setelah beriman, atau dia berzina setelah menikah atau membunuh jiwa tanpa haq”. Demi Allah, aku tidak pernah berzina baik di zaman Jahiliyah atau Islam, dan tidak pernah terbesit dalam diriku untuk aku mengganti agamaku sejak Allah memberi hidayah kepadaku, dan tidak pernah aku membunuh jiwa, maka mengapa mereka ingin membunuhku ?”
Disebutkan bahwa pengepungan itu berlangsung selama 40 hari. Sekali-kali Utsman mengingatkan kaum pemberontak itu akan bahaya fitnah dan menyebutkan beberapa ayat al-Qur’an. Tetapi mereka sama sekali tidak menghiraukannya. Tak lama kemudian para pemberontak itu maju menyerang rumah Utsman, membakar pintu dan berandanya, yang kemudian terjadi pertempuran sengit antara para sahabat-sahabat Utsman dan para pemberontak. Yang diakhiri dengan terbunuhnya Utsman secara kejam oleh Muhammad bin abu Bakr.
3. Terbunuhnya Utsman
Tragedi terbunuhnya Utsman telah direncanakan pada malam hari oleh para pemberontak yang melampaui batas kejahatan. Mereka merencanakannya dengan matang untuk membunuh seorang Khalifah Ar-Rasyid dan untuk menghancurkan agama Islam. Mereka ini merupakan kelompok gabungan dari musuh-musuh Islam dan bukanlah perorangan. Dan pemimpin mereka adalah seorang yahudi pendusta Abdullah bin Saba’ yang dikenal dengan Ibnu As-Sauda’.
Para pemberontak ini memprovokatori orang-orang awam dari seluruh penjuru negri untuk melengserkan sang Khalifah . Mereka datang dari Mesir dan Irak ke Kota Madinah lalu bertemu dengan Utsman untuk berunding. Orang-orang itu keluar dari Mesir menuju ke Kota Madinah dan bertemu dengan Utsman . Setelah terjadi dialog serta perundingan, mereka pun puas dengan ucapan Utsman . Beliau membantah tuduhan-tuduhan mereka dengan bukti dan keterangan yang nyata dan mereka setuju untuk berdamai, kemudian mereka kembali ke Mesir dan Irak.
Setelah terjadinya perdamaian yang agung ini dan kembalinya mereka ke tempat tinggal mereka masing-masing dalam keadaan ridha, para penyulut api fitnah merasa gagal dan tujuan mereka yang keji telah kandas ditengah jalan. Oleh karenanya, mereka membuat makar kembali untuk menyalakan api fitnah agar perdamaian tersebut menjadi hancur dan musnah
D. KESULITAN YANG DIALAMI OLEH KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
a. Perang Waqiatul Jamal yang dipimpin oleh 3 serangkai (Aisyiah,Zubair,Tholhah). Dalam perang ini Abdullah bin Zubair sangat berambisi menjadi khalifah. Akhirnya pertempuran ini dapat dipadamkan oleh Ali. Thalhah dan Zubair terbunuh sedang Aisyah dikembalikan ke Madinah.
b. Perang Shiffin. Perang ini adalah perang saudara antara Ali dan Mu’awiyah (bani Hasyim dan bani Umayyah). Di awal perang Ali memperoleh kemenangan. Dengan kelicikannya Mu’awiyah mengajak berdamai dengan mengangkat Musyaf di kepalanya. Akhirnya perdamaian itu diterima Ali.
Dari sinilah kubu Ali disebut kaum Syiah (menghentikan perang). Sedangkan yang keluar dari Ali disebut golongan Khawarij, golongan ini menginginkan berperang dengan Mu’awiyah.
Ahli sejarah berpendapat bahwa Ali selalu menang dalam peperangan tetapi selalu kalah dalam diplomasi.
Untuk menghintakan pertikaian itu, dikeluarkan perundingan antara Ali dengan Mu’awiyah. Ali diwakili Abu Musa Al As’ari dan Mu’awiyah diwakili Amru bin Ash di Daimatul Jandal.
Untuk menghormati Ali, Abu Musa (sahabat tertua) disuruh naik mimbar. Beliau mengatakan bahwa Ali telah turun dari jabatan Khalifah. Maka berdirilah Amru bin Ash mengumumkan dia setuju memberhehtikan Ali dan mengangkat Mu’awiyah sebagai khalifah.
Di kala Ali akan memerangi Mu’awiyah, tampilah 3 orang khawarij akan membunuh Ali, Amru, dan Mua’awiyah. Ibnu Nurjam berhasil membunuh Ali pada waktu senbahyang subuh di mesjid. Dengan wafatnya Ali, berakhirlah Khulafaur Rasyidin.
Setelah terjadi perang Siffin dikubu Ali pecah menjadi 2 golongan yaitu
a. Golongan yang mengikuti Ali disebut golongan Syiah golongan yang menghentikan perang dengan Mu’awiyah.
b. Golongan Khawarij golongan yang keluar Ali dan ingin melanjutkan perang dengan Mu’awiyah.
Sepeninggal khalifah Ali bin Abu Thalib kedudukannya digantikan oleh putranya Hasan bin Ali kemudian terjadilah peperangan dengan Mu’awiyah yang berakhir dengan perjanjian damai yang dikenal dengan Amul Jama’ah atau tahun persatuan. Perjanjian ini terjadi pada tahun 41 H = 662 M.
Isi Amul Jama’ah
a. Hasan rela turun dari khalifah demi persatuan umat Islam
b. Mu’awiyah tidak mencela Ali bin Abu Thalib
c. Setelah Mu’awiyah khalifah dipilih secara musyawarah
Powered by Blogger.
Blog Archive
-
2015
(15)
- December (5)
-
September
(10)
- PERKEMBANGAN ISLAM DI BENUA AFRIKA
- PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA TENGGARA
- RUNTUHNYA BANI ABBASIYAH
- KEBERHASILAN DAN PERKEMBVANGAN ILMU PENGETAHUAN PA...
- SEJARAH BERDURUNYA BANI ABBASIYAH DI BAGHDAD
- KESULITAN YANG DIHADAPI KHURAFAUR RASYIDIN
- KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KHLAFAUR RASYIDIN
- KEBERHASILA YANG DI RAIH KHULAFAUR RASYIDIN
- PROSES PEMILIHAN KHULAFAUR ROSYIDIN
- STRATEGI DAKWAH KHULAFAUR ROSYIDIN
© Mania Ilmu 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates