RIYA’ DAN ANIAYA (ZALIM)
1.
Pengertian
dan Penjelasan Perilaku Riya
Kata riya
berasal dari kata ru’yah, yang artinya menampakkan. Dikatakan arar-rajulu,
berarti seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat oleh manusia. Makna ini
sejalan dengan firman Allah SWT:
ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ () وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ()
Artinya : “…Orang-orang
yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna.” (QS. Al-Maa’uun :
6-7)
وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ
خَرَجُواْ مِن دِيَـٰرِهِم بَطَرً۬ا وَرِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ
ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطٌ۬
Artinya
: “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya
dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi
[orang] dari jalan Allah. Dan [ilmu] Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.”
(QS. Al-Anfal : 47)
a.
Definisi
Riya secara Terminologi
Pengertian riya secara istilah/terminologi adalah sikap
seorang muslim yang menampakkan amal shalihnya kepada manusia lain secara
langsung agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka,
atau mengharapkan keuntungan materi.
b.
Pengertian
Sum’ah secara Etimologi
Kata sum’ah berasal dari kata samma’a (memperdengarkan).
Kalimat samma’an naasa bi ‘amalihidigunakan jika seseorang menampakkan amalnya
kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya.
c.
Definisi
Sum’ah secara Terminologi
Pengertian sum’ah secara istilah/terminologi adalah sikap
seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang
sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi- kepada manusia lain agar dirinya
mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan
keuntungan materi.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan
pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Bahwa
riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sum’ah
adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia
bicarakan hal tersebut kepada manusia. Sehingga, menurutnya semua riya itu
tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah
dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di
hadapan manusia.
Dalam
Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِى
يُنفِقُ مَالَهُ ۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ
ٱلۡأَخِرِۖ فَمَثَلُهُ ۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٌ۬ فَأَصَابَهُ ۥ
وَابِلٌ۬ فَتَرَڪَهُ ۥ صَلۡدً۬اۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَىۡءٍ۬ مِّمَّا ڪَسَبُواْۗ
وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَـٰفِرِينَ ()
Artinya : “Hai
orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti [perasaan si penerima], seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia
bersih [tidak bertanah]. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS.
Al-Baqarah : 264)
Rasulullah
SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:
Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan
sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya.
(HR. Bukhari)
Diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya adalah
diumumkan aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya
diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya.
Na’udzubillah min dzalik.
Dalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan tentang
kekhawatirannya atas umat ini terhadap riya yang akan menimpa mereka. Riya yang
tidak lain merupakan syirik kecil.
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah
syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan syirik kecil
itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Riya.” “Allah akan berfirman pada
hari kiamat nanti ketika Ia memberi ganjaran amal perbuatan hamba-Nya,
‘Pergilah kalian kepada orang yang kalian berlaku riya terhadapnya.’ Lihat
Apakah kalian memperoleh balasan dari mereka?” Kemudian Rasulullah mendengar
seseorang membaca dan melantunkan dzikir dengan suara yang keras. Lalu beliau
bersabda, “Sesungguhnya dia amat taat kepada Allah.” Orang tersebut ternyata
Miqdad bin Aswad. (HR. Ahmad)
1.
Hadis Perilaku Riya
“Barangsiapa melakukan perbuatan sumah niscaya Allah akan
memperdengarkan aibnya dan barangsiapa melakukan perbuatan riya, niscaya Allah
akan memperlihatkan aibnya,”( Hadits riwayat Muslim, 4/2289.)
Perbuatan riya adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan cara
tertentu supaya dilihat orang lain dan dipujinya. Misalnya, seseorang melakukan
shalat, lalu memperindah shalatnya, tatkala mengetahui ada orang yang melihat
dan memperhatikannya. Sedangkan perbuatan sumah adalah suatu perbuatan yang
dilakukan dengan maksud agar didengar dan dipuji orang lain. Misalnya,
seseorang membaca Al-Quran, lalu memperindah suara dan lagunya tatkala
mengetahui ada orang yang mendengar dan memperhatikan-nya.
Barangsiapa melakukan suatu ibadah tetapi ia melakukannya karena
mengharap pujian manusia di samping ridha Allah, maka amalannya menjadi sia-sia
belaka. Seperti disebutkan dalam hadits qudsi,“Aku adalah Dzat yang paling
tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amal dengan dicampuri
perbuatan syirik kepadaku, niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak Aku terima)
amal syiriknya.”( Hadits riwayat Muslim, hadits no. 2985.)
2.
Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Riya
Hal penting yang perlu kita ketahui dalam masalah riya
adalah sebab-sebab yang bisa menjatuhkan diri kita dalam penyakit ini. Di
antara sebab-sebabnya adalah sebagai berikut.
a. Lingkungan
keluarga.
Keluarga
merupakan tempat di mana anggota-anggotanya berinteraksi secara intens sehingga
yang terjadi adalah saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Apabila
seseorang hidup dalam sebuah keluarga yang kental dengan tampilan-tampilan
riya, maka sulit untuk tidak jatuh pada penyakit ini, terlebih anak-anak yang
punya kecenderungan untuk mengikuti orang tua. Maka, langkah strategis yang
harus dilakukan orang tua adalah memperdalam ajaran Islam sehingga sang anak
akan mampu membentengi dan memproteksi dirinya dari riya.
b. Pengaruh
teman.
Sebagaimana
keluarga mempunyai pengaruh yang kuat dalam mempengaruhi putih hitamnya
perilaku kita, teman pun demikian, sehingga Allah SWT senantiasa menganjurkan
kepada kita agar kita mencari dan menjadikan orang-orang yang saleh sebagai
mitra kita atau teman dalam bergaul kita. Allah telah menggambarkan sebuah
penyesalan hambanya yang salah dalam berinteraksi. Allah SWT berfirman,
“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu
teman akrab(ku).” (al-Furqaan (25) : 28)
c. Tidak
mengenal Allah SWT dengan baik.
Ketidaktahuan seseorang akan kedudukan keagungan Allah SWT dan
kebesaran-Nya akan menghantarkan pada tampilan sikap dalam beribadah kepada
Allah SWT. Maka, mengenal Allah merupakan hal yang urgen sekali oleh karena
dengan cara itulah kita akan terjaga dari kesalahan-kesalahan dalam beribadah
kepada Allah, termasuk munculnya penyakit riya.
Keinginan yang berlebihan untuk menjadi pemimpin atau
meraih jabatan dan kedudukan.
d. Ketamakan
kepada harta.
e. Kekaguman
yang berlebihan dari orang lain.
Kekaguman yang berlebihan dari orang lain
manakala tidak dikelola dengan baik bisa menjadikan orang yang dikagumi
membusungkan dadanya dan lupa kepada Allah SWT sehingga timbullah sikap riya.
Penyebabnya, ia akan senantiasa mencari celah agar sikap, perilaku, dan
ibadahnya senantiasa mendapat sanjungan
orang lain.
3.
Macam-macam Perilaku Riya
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa riya’ ada 2 macam,
sebagaimana ulama menguraikannya:
وَهُوَ قِسْمَانِ : رِيَاءٌ
خَالِصٌ كَانَ لاَ يَفْعَلَ الْقُرْبَةَ إِلاَّ لِلنَّاسِ ,
وَرِيَاءٌ شِرْكٌ كَانَ يَفْعَلَهَا ِللهِ وَلِلنَّاسِ وَهُوَ
أَخَفُّ مِنَ الْأَوَّلِ
Artinya
: “ riya’ dibagi kedalam dua tingkatan: riya’ kholish yaitu melakukan ibadah
semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia, riya’ syirik yaitu
melakukan perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan juga karena
untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan keduanya bercampur”.
Maka hal ini sesuai dengan perkataan ulama ahli sufi,
bahwa kita kadang tidak bisa membedakan antara riya’ jali (terang) dan khafi
(samar), kecuali orang-orang yang benar-benar selalu mensucikan dalam hatinya
hanyalah beribadah kepada Allah semata. Karena dengan kedekatan pada-Nya, dalam
hatinya sudah dibersihkan daripada penyakit-penyakit yang buruk (madzmumah)[6]:
وَلَا يَسْلِمُ مِنَ
الرِّيَاءِ الْجَلِيِّ وَالْخَفِيِّ إِلَّا الْعَارِفُوْنَ الْمُوَحِّدُوْنَ
لِأَنَّ اللهَ طَهَّرَهُمْ مِّنْ دَقَائِقِ الشِّرْكِ
Allah
berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 110:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ
رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ
أَحَدًا
Artinya
: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu yang diwahyukan
kepadaku, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa, Barangsiapa
yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya”.
Ayat diatas menerangkan kepada kita, sekiranya beramal
tapi masih mengharapkan pujian daripada selain Allah, maka sifat riya’ sudah
masuk dalam diri kita, dan itu sangat berbahaya karena kita beramal untuk
menuai hasilnya nanti di akhirat.
Allah
SWT berfirman dalam surat Asy-Syuura ayat 20:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ
الْآَخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ
وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ
الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
Artinya
: “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah
keuntungan itu baginya, dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia,
Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya
suatu bahagianpun di akhirat”.
Apapun jenis ibadah yang kita lakukan,
hendaklah dengan satu tujuan menghadap kepada sang Ilaah, seperti sholat yang
kita kerjakan setiap hari lakukanlah hanya untuk Allah, baik ketika sholat
sendiri atau pun ada orang di sekitarnya, beribadahlah hanya untuk Allah yang
Maha Mulia. Allah berfirman dalam surat al-Maa’uun ayat 4-7:
فَوَيْلٌ
لِلْمُصَلِّينَ , الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ , الَّذِينَ هُمْ
يُرَاءُونَ , وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
Artinya
: “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan)
barang berguna”.
Beberapa
Diantaranya yaitu :
Seorang hamba dalam beribadah menginginkan
selain Allah. Dia senang orang lain tahu/melihat apa yang diperbuatnya. Dia
tidak menunjukkan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah dan ini termasuk
jenis nifaq.
Seorang hamba beribadah dengan tujuan dan
keinginannya ikhlas karena Allah, namun ketika manusia melihat ibadahnya maka
ia bertambah giat dalam beribadah serta membaguskan ibadahnya. Ini termasuk
perbuatan syirik tersembunyi.
Seorang hamba beribadah pada awalnya ikhlas
karena Allah dan sampai selesai keadaannya masih demikian, namun pada akhir
ibadahnya dipuji oleh manusia dan ia merasa bangga dengan pujian manusia
tersebut serta ia mendapatkan apa yang diinginkannya (dunia, missal: dengan
memperoleh kedudukan di masyarakat dll).
Riya’ badaniyah, yaitu perbuatan riya’ dengan
menampakkan badan/jasadnya kurus karena banyaknya ibadah sehingga ia disebut
sebagai orang ABID (Ahli Ibadah).
Riya’ dari sisi penampilan atau model.
Seperti orang yang berpenampilan compang-camping agar ia dilihat seperti orang
yang berlaku/berbuat zuhud 1).
Riya’ pada ucapan, misal orang yang
memberat-beratkan suaranya.
Riya’ dengan amalan.
Riya’ dengan teman dan orang-orang yang
mengunjunginya. Misal: Teman-teman/orang-orang yang mengunjunginya adalah para
ustadz/ulama, maka ia menjadi bangga dan mengharap pujian dari hal tersebut.
Riya’ dengan mencela dirinya dihadapan
manusia.
Seorang beramal dengan amal ketaatan dan
tidak seorangpun mengetahuinya, ia tidak ingin tenar. Akan tetapi jika ia
dilihat manusia, ia menginginkan diawali/dihormati dengan pengucapan salam.
Menjadikan perbuatan ikhlasnya itu sebagai
wasilah terhadap apa yang dia inginkan.
4.
Ciri-ciri Perilaku Riya
Pengetahuan kita tentang ciri-ciri orang yang mempunyai
sifat riya merupakan hal penting oleh karena kita akan melakukan
penyikapan-penyikapan yang jelas terhadap mereka yang terkena penyakit ini.
Minimal ada tiga ciri dasar dari orang yang mempunyai sifat riya:
Munculnya keseriusan dan giat dalam bekerja
manakala mendapat pujian dan sanjungan, dan akan malas manakala tidak ada
pujian, bahkan meninggalkan pekerjaannya manakala dicela oleh orang lain;
Tampilnya profesionalisme kerja manakala dia
bekerja secara kolektif, dan apabila bekerja secara individu yang muncul adalah
kemalasan yang sangat;
Konsisten di dalam menjaga batasan-batasan
Allah SWT apabila bersama orang lain, dan melakukan pelanggaran-pelanggaran
manakala dia sendirian.
5.
Dampak Perilaku Riya
Karena sifat riya merupakan penyakit hati, sudah barang
tentu dia mempunyai efek negatif dalam
kehidupan kaum Muslimin, baik secara pribadi maupun dalam bentuk amal islami.
Berikut ini adalah dampak negatif dari sifat riya.
1)
Dampak
riya terhadap pelakunya
1. Terhalangi
dari petunjuk dan taufik Allah SWT.
2. Menimbulkan
keguncangan jiwa dan kesempitan hidup.
3. Hilangnya
karismatika dirinya pada orang lain.
4. Hilangnya
profesionalisme dalam bekerja.
5. Terjerumus
pada sikap ujub, terperdaya, dan sombong.
6. Batalnya
amal ibadah yang dilakukan.
7. Akan
mendapat azab pada hari akhir.
2)
Dampak
riya terhadap amal islami
Efek negatif riya yang paling dominan dalam amal islami
adalah tertundanya banyak pekerjaan dan terjadinya akumulasi biaya pekerjaan
yang besar. Hal itu dilatari karena setiap pekerjaan yang dilakukan menunggu
sanjungan orang lain yang pada waktu yang bersamaan akan berimbas pada
pembiayaan pekerjaan. Betapa banyaknya pekerjaan-pekerjaan besar yang
terbengkalai manakala kaum Muslimin terjangkit penyakit ini. Maka, manakala
kita mengetahui dampak negatifnya yang begitu besar, baik secara individu
maupun kolektif, menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk menghilangkan dan
memusnahkan sifat ini dari diri kita.
3)
Contoh
Perilaku Riya
Seseorang yang telah bersedekah kepada yayasan,dan
meminta ketua yayasan supaya orang yang bersedekah tadi disebutkan/di umumkan
kepada orang lain,ahwa dirinya telah bersedekah.
seseorang yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan
memamerkannya / menonjolkannya kepada semua orang.
Orang
yang telah menunaikan ibadah haji di tahun kemarin dan akan menunaikan ibadah
haji lagi di tahun ini.Dengan maksud agar mendapat gelar haji da di puji oleh
orang lain.Dan masih bayak lagi contoh-contoh yang lainnya .
6.
Cara Mencegah Perilaku Riya
Diantara
solusi agar kita terhindar dari perbuatan riya’ adalah sebagai berikut:
Mengetahui
jenis-jenis amalan yang diperuntukkan untuk dunia dan mengetahui jenis-jenis
riya’ serta factor-faktor pendorong perbuatan riya’
Mengetahui keagungan Allah Azza wa Jalla.
Mengenal/mengetahui apa yang telah Allah
persiapkan untuk akhir kehidupan.
Takut dari beramal untuk kepentingan dunia.
ANIAYA (DZALIM)
A.
Pengertian Dzalim
Menurut ajaran islam, dzolimatau aniaya
berasal dari kata dzolama-yadlimu-dzulman yang artinya aniaya. Zalim (Arab: ظلم, Dholim) adalah meletakkan sesuatu/
perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin. Lawan
kata zalim adalah adil.
Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan
huruf “dho la ma” (ظ ل م ) yang bermaksud gelap. Di dalam al-Qur’an menggunakan kata
zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang artinya juga sama dengan zalim
yaitu melanggar haq orang lain. Namun demikian pengertian zalim lebih luas
maknanya ketimbang baghyu, tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman
itu memiliki berbagai bentuk di antaranya adalah syirik.
Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk
melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang
dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan,
kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat
diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan
sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah
manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.
Sejak awal, Islam datang menyeru umat manusia
untuk lepas dari kungkungan kedzoliman dan kelaliman. Menyerukan persamaan
derajat manusia di muka bumi ini, serta merubuhkan seluruh warisan-warisan
jahiliyah yang identik dengan kedholiman. Tak ada lagi kesewenang-wenangan kaum
yang kuat, kelaliman penguasa serta kebengisan golongan yang terpandang.
Karenanya, tidak heran kalau dalam waktu yang relatif sangat singkat, Islam
mendapat tempat istimewa di hati manusia. Khususnya mereka yang lemah dan
tertindas.
Hal ini tergambar dari ucapan seorang Rib’iy
bin Amir tatkala berdiri gagah di hadapan panglima tentara Persia, Rustum,
الله ابتعثنا لنخرج من شاء من
عبادة العباد إلى عبادة الله، ومن ضيق الدنيا إلى سعتها، ومن جور الاديان إلى عدل
الاسلام
Artinya
: “Sungguh Allah Ta’ala mengutus kami untuk membebaskan manusia dari
penghambaan kepada sesama menuju penghambaan hanya kepada Allah, melepaskan lilitan
belenggu kesempitan dunia menuju kebebasan, serta mengeluarkan mereka dari
kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam”. (Lihat: al-Bidayah Wa al-Nihayah,
Ibnu Katsir, 7/47).
Sebuah pernyataan jujur, lahir dari hati
kesatria yang tulus, hingga tetap membekas sekalipun kesombongan dan
kecongkakan berupaya mencegatnya.
Ketahuilah, harta, darah dan kehormatan
seorang muslim haram atas muslim yang lain. Dalam konteks apapun, tidak
dibenarkan merampas harta, menumpahkan darah atau mencemarkan kehormatan seorang
muslim kecuali dengan alasan kebenaran. Ini dipertegas oleh Sabda Rasulullah
SAW ketika haji wada’ (perpisahan):
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ
وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا
فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
Artinya
: “Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram (untuk ditumpahkan,
dirampas dan dicemarkan), seperti haramnya hari kalian ini, di negeri ini
(makkah), dan bulan kalian ini”. (HR. Imam Bukhari no: 65, Muslim no: 2137, Abu
Daud no: 1628, al-Tirmidzi no: 2085 Ibnu Majah no :3046)
Olehnya, syariat Islam yang agung memberi
perhatian besar terhadap perkara-perkara tersebut. Setelah sebelumnya keadilan
berada di titik nadir kehancuran. Misalnya, menindak tegas pembunuh jiwa yang
suci (qishash), menghukum dengan sekeras-kerasnya para penyamun (Qs. 5:33),
serta menegakkan hukum cambuk bagi orang yang suka menuduh tanpa bukti dan
saksi yang dapat dipertanggung jawabkan. (Qs. 24:4).
B.
Macam-Macam Dzolim
Ali Ibn Abi Tholib r.a.,
menyatakan bahwa kezaliman itu ada tiga macam yaitu :
1. Kezaliman terhadap Allah (Syirik)
Dholim kepada Allah Ta’ala. Dalam artian
mengangkat dan menjadikan sekutu bagi-Nya dalam urusan peribadatan. Dan ini
merupakan puncak kadholiman yang paling tinggi. Ketika Rasulullah SAW membaca
ayat Al Qur’an yang berbunyi: “Dan orang-orang yang beriman dan tidak mencampur
adukkan keimanan mereka dengan kedholiman”. (Qs. Al An’am/6:82).
Syirik merupakan pandangan dan kepercayaan
yang mengingkari bahwa Tuhan adalah Maha Esa dan Maha Kuasa. Jika tidak maha
Esa, maka ada yang lebih dari satu Tuhan. Jadi harus ada Tuhan selain Allah,
Tuhan maha Esa itu sendiri. Lalu konsekuensinya, berarti tuhan yang lain tentu
berasal dari kalangan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, termasuk sesame manusia.
Akibatnya ialah bahwa manusia musrik itu mengangkat dan mengagungkan sesama
alam atau sesama manusia lebih dari semestinya.
Kepercayaan itu dalam antropologi budaya,
dikenal sebagai system mitologis yaitu pandanangan yang tidak benar kepada alam
sekitar atau manusia (misalnya, Raja yang dianggap keturunan dewa, dan
lain-lain), pandangan yang tidak sejalan dengan sunnatullah dan takdir untuk
ciptaanya disebut sebagai kedzaliman. Karena syirik mempunyai makna menempatkan
sesuau tidak pada tempatnya dan berdampak merendahkan harkat martabat manusia.
Pada hal manusia adalah puncak dari ciptaan Tuhan.
Para sahabat merasa berat dan khawatir,
hingga wajah mereka berubah. Mereka lantas berkata:
أَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ
نَفْسَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ كَمَا
تَظُنُّونَ إِنَّمَا هُوَ كَمَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ: يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya
: “Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang tidak pernah berlaku dholim?.
Maka Beliau Shallallhu 'Alaihi Wasallam bersabda; “Bukan seperti apa yang
kalian duga, ia (kedholiman dalam ayat tersebut) adalah sebagaimana perkataan
Luqman kepada anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya memprsekutukan (Allah) adalah benar-benar kedholiman yang besar”.
(Qs. Luqman/31:13). (HR. Bukhari no: 6424, Ahmad no: 4019).
2. Kedzaliman Terhadap Diri Sendiri,
Keluarga
Artinya, membenani diri diluar batas
kemampuannya. Termasuk membebaninya
dengan ibadah yang berlebihan. Padahal Allah tidak pernah membebani
hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Sebagian besar manusia memiliki kebiasaan
untuk melakukan perbuatan yang dikelompokkan sebagai dosa kecil, baik dengan
sengaja atau pun tidak. Pada hal sesungguhnya perilaku dosa sekecil apapun
merupakan kedzaliman yang harus ditinggalkan. Walaupun dalam kenyataanya
manusia memang tidak mungkin bebas sama sekali dari kesalahan. Sebagaimana
ungkapan dari bahasa Arab “al-insanu mahall al-khata; wa al-nisyan” yang artinya
manusia adalah tempat salah dan lupa. Oleh karena itu, kita selalu beristighfar
dan berdo’a agar Allah mengampuni segala perbuatan yang dilakukan akibat lupa
atau alpa yang menjadi tabiat manusia.
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam
membenarkan Salman tatkala berkata kepada Abu Darda' tatkala Salman mencegatnya
sholat semalam suntuk serta berpuasa setiap hari:
إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ
حَقًّا وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا فَأَعْطِ كُلَّ
ذِي حَقٍّ حَقَّهُ
Artinya
:"Sungguh dirimu terdapat hak atasmu, keluarga dan istrimu pun
terdapat hak atas dirimu, maka
berikanlah hak setiap pemilik hak itu”. (HR Bukhari no: 1832, al-Tirmidzi no:
2337)
Perkataan ini merupakan nasehat yang sangat mulia.
Seorang, jika menghabiskan malamnya
dengan ibadah dan siangnya dengan berpuasa, sudah tentu akan melalaikan hak
tubuh mendapatkan istirahat dan makanan
yang cukup. Juga hak keluarga memperoleh penghidupan yang layak, serta hak
istri untuk mendapat nafkah batin dari suaminya.
3. Kedzaliman Terhadap Sesama Manusia
Kedzaliman terhadap sesama manusia akan
berdampak pada rusaknya seluruh masyarakat. Maka setiap orang ber kewajiban
mencegah kedzaliman dimasyarakat.
Orang yang dholim pada umumnya senantiasa
bersikap kasar, bermusuhan dan menyakiti perasaan orang lain karena tabiat
buruk yang dimilikinya. Seorang yang dzalim suka mengumbar lidah dengan
bergunjing, namimah dan memfitnah. Mereka selalumengabaikan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Senantiasa memutar balikan fakta sehingga membingungkan masyarakat.
Menyampaikan pesan kebatilan, dan mengarahkan untuk mengabaikan nilai-nilai
norma. Sebab dengan cara itu orang dzalim mendapatkan kesenangan dan kepuasan.
Rasulullah Shallallhu 'Alaihi Wasallam
bersabda tentang orang yang mendholimi saudaranya dengan merampas atau
menggusur tanah miliknya:
مَنْ أَخَذَ شِبْرًا مِنْ
الْأَرْضِ ظُلْمًا فَإِنَّهُ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سَبْعِ
أَرَضِينَ
Artinya
: “Siapa yang berlaku dholim terhadap sejengkal tanah (milik orang lain), kelak
akan digantungkan pada hari kiamat kelak
tujuh lapis bumi (yang ia dholimi) dilehernya”. (HR. Bukhari no: 2959, Muslim
no: 3022).
C. Akibat Dari Perbuatan Dzolim
Ketahuilah, perbuatan dholim tidak akan pernah membuahkan
kebaikan di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, segala sesuatu yang diperoleh
melalui jalan kedholiman baik itu berupa harta, pangkat, jabatan dan lainnya,
pasti akan berujung kebinasaan dan kehinaan. Olehnya hati-hati berlaku dholim,
karena ia akan menelurkan banyak mudharat bagi pelakunya, di antaranya:
Pertama:
Dholim adalah kegelapan pada hari kiamat.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اتَّقُوا
الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَ
Artinya
: Dari Jabir bin Abdullah, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: "Takutlah kalian dari berlaku dholim, sesungguhnya kedholiman
adalah kegelapan pada hari kiamat kelak”. (HR. Muslim no: 4675, Ahmad no: 13973).
Artinya, sikap dholim akan memadamkan cahaya
penuntun yang dibutuhkan seorang hamba pada hari itu. Allah Ta’ala mengabarkan
keadaan orang-orang munafik yang dholim terhadap diri mereka sendiri ketika
terusir dari keinginan mendapat imbasan cahaya orang-orang beriman. “Pada hari
ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang
yang beriman:
“Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil
sebagian dari cahayamu”. Dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang
dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”. (Qs. Al Hadid/57:13).
Kedua: Dholim membuat pelakunya bangkrut pada
hari kiamat.
Sungguh, manusia paling celaka dan merugi
adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan limpahan amal kebaikan, namun
sayangnya amal-amal itu tidak mendatangkan sedikitpun manfaat baginya. Mereka
sebagaimana disifatkan oleh Allah dalam kitab-Nya. “Bekerja keras lagi
kepayahan. Memasuki api yang sangat panas (neraka)”. (Qs. Al
Ghaasyiyah/88:3-4).
Termasuk diantaranya, mereka yang kerap
melakukan tindakan kedholiman terhadap orang lain. Rasulullah Shalllallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ
قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ
الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ
وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا
وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا
مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ
أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
Artinya
: “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?. Para sahabat menjawab : “Orang
yang bangkrut di antara kami adalah mereka yang tidak memiliki dirham dan tidak
pula perhiasan”. Kemudian beliau
bersabda: “Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada hari
kiamat kelak dengan pahala shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia pernah
mencela ini, menuduh ini, makan harta ini, membunuh itu, memukul itu. Maka
diambil amal kebaikan-kebaikannya dan diberikan
kepada orang-orang ia dholimi. Jika kebaikan milikmua telah habis, maka
diambil kesalahan-kesalahan (orang yang ia dholimi) kemudian dipikulkan ke atas
pundaknya. Baru kemudian ia di campakkan ke dalam api neraka”. (HR. Muslim no
4678, al-Tirmidzi no: 2342, Ahmad no: 7686, al-Thabarani no: 561).
Ketiga: Doa orang
terdholimi pasti diijabah oleh Allah,
sekalipun berasal dari orang fajir.
Ibnu Abbas ra berkata, ketika Rasulullah SAW mengutus
Mu’adz bin Jabal ke Yaman, beliau berpesan kepadanya:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ
الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
Artinya
: "Takutlah terhadap doa orang yang terdholimi, sesungguhnya tidak ada
antara dia dan Allah Ta’ala tabir
penghalang”. (HR. Bukhari no: 1401, Muslim no: 27, Abu Daud no: 1351,
al-Tirmidzi no: 567, al-Nasaai no: 2475).
Ingat, doa orang tertindas pasti memperoleh ijabah dari
Allah Ta’ala kendati keluar dari lisan pelaku dosa dan maksiat. Hal ini
dipertegas oleh Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah ra secara
marfu’:
دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
مُسْتَجَابَةٌ وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا فَفُجُورُهُ عَلَى نَفْسِهِ
Artinya
: “Doa orang yang terdholimi pasti makbul, kendatipun ia seorang yang fajir
(pelaku maksiat), karena kefajiran tersebut untuk dirinya sendiri”. (HR. Ahmad
no: 8440. Hasan).
Bahkan, akan dijawab oleh Allah Ta'ala kendati keluar
dari lisan orang kafir, sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
اتَّقُوا دَعْوَةَ
الْمَظْلُومِ وَإِنْ كَانَ كَافِرًا فَإِنَّهُ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ
Artinya
: "Takutlah terhadap doa orang yang terdholimi, kendati berasal dari
orangkafir, sesungguhnya tidak ada antara dia
dan Allah Ta’ala tabir penghalang”. (HR. Ahmad no: 12091, dan
dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah no: 767).
Dari keterangan beliau ini, kiranya cukup buat kita untuk
takut akan rintihan dan munajat orang-orang lemah dan tertindas di sekitar
kita. Doa yang mereka lantunkan adalah doa yang sanggup menggetarkan
pintu-langit. Semuanya akan dijawab oleh-Nya, sekalipun berasal dari para pelaku maksiat dan orang
kafir. Maka bagaimana kiranya jika doa tersebut dilantunkan oleh orang-orang
shaleh yang berjuang melawan kedurjanaan serta membela kebenaran dan keadilan
!? Wallahul musta’an!.
D.
Akhir Dari Kedzaliman
Kalau kita berkaca pada peristiwa-peristiwa lalu, akan
tampak bagi kita bahwa kesudahan dari kedholiman yang dilakoni manusia di atas
muka bumi adalah kebinasaan dan kehinaan. Dan sungguh dalam peristiwa-peristiwa
tersebut terpendam pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Allah Ta’ala
berfirman: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal”.(Qs. Yusuf/12:111). Lihatlah akhir dari
kelaliman tirani Fir’aun dan Namruz. Tak ada yang tersisa bagi keduanya
melainkan keping-kepng kehinaan yang terus dikenang hingga hari kiamat.
Demikian pula akhir dari rezim Al Hajjaj Ibnu Yusuf yang terkenal bengis dan
kejam. Ia pun binasa dalam kehinaan,
sepekan setelah meluncur doa dari lisan Said Ibnu Jubair ketika beliau akan
dieksekusi:
اللهم لا تسلطه على أحد بعدي
Artinya
: “Wahai Allah, Jangan engkau biarkan ia menguasai (mendhalimi) seorang-pun
setelahku". (Lihat: al-Bidayah Wa al-Nihayah, Ibnu Katsir 9/116).
Olehnya, hendaklah orang-orang yang berpikir mengambil
i’tibar. Tindakan dholim pada orang lain, pasti akan mendapat balasan yang
setimpal dari Zat yang selalu membela kaum lemah dan tertindas. Dan Dia maha
berkuasa atas segala sesuatu. “Sungguh pada hari kiamat kelak akan ditunaikan
(dikembalikan) semua hak-hak kepada pemiliknya, hingga kambing yang bertanduk
pun akan digiring (pada hari itu) dan diputuskan lantaran pernah menyeruduk
kambing yang tak bertanduk, (baru setelah itu mereka dikembalikan menjadi
tanah”. (HR. Muslim). Wallahu a’lam.
E.
Ancaman Bagi Orang Yang Berbuat Dzalim
Perbuatan zalim sangat tidak di sukai Allah
dan Rasulnya.Seperti riwayat dari HR Muslim berikut ini.
"Wahai hambaku, sesungguhnya aku telah
mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya(kezaliman
itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku dzalim..." (HR
Muslim).
Kita sesama hamba Allah diharamkan jika
berbuat zalim antara itu dengan yang lain. Sudahkah kita tidak berlaku zalim
kepada saudara, teman dekat kita hari ini. Semoga bisa di jadikan uswah dan
pelajaran dengan riwayat tersebut di atas. Khususnya buat penulis dan semua
kawan-kawan pada umunya.
Menurut syariat Islam, orang yang tidak
berbuat zalim bisa saja terkena siksaan, keyakinan ini berdasarkan dalam salah
satu ayat. Allah berfirman:
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang
tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu dan ketahuilah
bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (Al-Anfaal 8:25).
Ayat tersebut berisi peringatan untuk
berhati-hati (hadzr) akan azab yang tidak hanya menimpa yang zalim saja, tetapi
menimpa secara umum baik yang zalim maupun yang tidak zalim. Karena itu secara
syar’i, wajib hukumnya bagi orang yang melihat kezaliman/kemunkaran dan mempunyai
kesanggupan, untuk menghilangkan kemunkaran itu.
F.
Contoh-Contoh Perbuatan Dzalim
1. Buang Sampah
Membuang sampah sembarangan (tidak pada tempatnya).
Contoh ini merupakan sebagian kecil dari contoh dzolim bahkan sering kita
lakukan dan abaikan setiap hari dan tanpa kita ketahui bahwa ini termasuk
perbuatan dzalim (tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya)
2.
Kisah Raja Dholim Dan Raja Bijaksana
Rasulullah pada suatu waktu pernah berkisah. Pada zaman
sebelum kalian, pernah ada seorang raja yang amat dzalim. Hampir setiap orang
pernah merasakan kezalimannya itu. Pada suatu ketika, raja zalim ini tertimpa
penyakit yang sangat berat. Maka seluruh tabib yang ada pada kerajaan itu
dikumpulkan. Dibawah ancaman pedang, mereka disuruh untuk menyembuhkannya.
Namun sayangnya tidak ada satu tabib pun yang mampu menyembuhkannya.
Hingga akhirnya ada seorang Rahib yang mengatakan bahwa
penyakit sang raja itu hanya dapat disembuhkan dengan memakan sejenis ikan
tertentu, yang sayangnya saat ini bukanlah musimnya ikan itu muncul ke
permukaan. Betapa gembiranya raja mendengar kabar ini. Meskipun raja menyadari
bahwa saat ini bukanlah musim ikan itu muncul kepermukaan namun disuruhnya juga
semua orang untuk mencari ikan itu. Aneh bin ajaib.... walaupun belum musimnya,
ternyata ikan itu sangatlah mudah ditemukan. Sehingga akhirnya sembuhlah raja
itu dari penyakitnya.
Di lain waktu dan tempat, ada seorang raja yang amat
terkenal kebijakannya. Ia sangat dicintai oleh rakyatnya. Pada suatu ketika,
raja yang bijaksana itu jatuh sakit. Dan ternyata kesimpulan para tabib sama,
yaitu obatnya adalah sejenis ikan tertentu yang saat ini sangat banyak terdapat
di permukaan laut. Karena itu mereka sangat optimis rajanya akan segera pulih
kembali.
Tapi apa yang terjadi? Ikan yang seharusnya banyak
dijumpai di permukaan laut itu, tidak ada satu pun yang nampak..! Walaupun
pihak kerajaan telah mengirimkan para ahli selamnya, tetap saja ikan itu tidak
berhasil diketemukan. Sehingga akhirnya raja yang bijaksana itu pun mangkat...
Dikisahkan para malaikat pun kebingungan dengan kejadian
itu. Akhirnya mereka menghadap Tuhan dan bertanya, "Ya Tuhan kami, apa
sebabnya Engkau menggiring ikan-ikan itu ke permukaan sehingga raja yang zalim
itu selamat sementara pada waktu raja yang bijaksana itu sakit, Engkau
menyembunyikan ikan-ikan itu ke dasar laut sehingga akhirnya raja yang baik itu
meninggal?"
Tuhan pun berfirman, "Wahai para malaikat-Ku,
sesungguhnya raja yang zalim itu pernah berbuat suatu kebaikan. Karena itu Aku
balas kebaikannya itu, sehingga pada waktu dia datang menghadap-Ku, tidak ada
lagi kebaikan sedikitpun yang dibawanya. Dan Aku akan tempatkan ia pada neraka
yang paling bawah !
Sementara raja yang baik itu pernah berbuat salah
kepada-Ku, karena itu Aku hukum dia dengan menyembunyikan ikan-ikan itu,
sehingga nanti dia akan datang menghadap-Ku dengan seluruh kebaikannya tanpa
ada sedikit pun dosa padanya, karena hukuman atas dosanya telah Kutunaikan
seluruhnya di dunia!"
Kita dapat mengambil beberapa pelajaran dari kisah ini.
Pelajaran pertama adalah: Ada kesalahan yang hukumannya
langsung ditunaikan Allah di dunia ini juga; sehingga dengan demikian di
akhirat nanti dosa itu tidak diperhitungkan-Nya lagi. Keyakinan hal ini dapat
menguatkan iman kita bila sedang tertimpa musibah.
Pelajaran kedua adalah: Bila kita tidak pernah tertimpa
musibah, jangan terlena. Jangan-jangan Allah 'menghabiskan' tabungan kebaikan
kita. Keyakinan akan hal ini dapat menjaga kita untuk tidak terbuai dengan
lezatnya kenikmatan duniawi sehingga melupakan urusan ukhrowi.
Pelajaran ketiga adalah: Musibah yang menimpa seseorang
belum tentu karena orang itu telah berbuat kekeliruan. Keyakinan ini akan dapat
mencegah kita untuk tidak berprasangka buruk menyalahkannya, justru yang timbul
adalah keinginan untuk membantu meringankan penderitaannya.
Pelajaran keempat adalah: Siapa yang tahu maksud Allah ?
G.
Cara untuk menghindari perbuatan dzalim
Cara
untuk menghindari perbuatan dzalim yaitu :
1. Selalu berusaha untuk mengingat dan
mendekatkan diri Allah.
2. Meyakini bahwa Allah selalu melihat
perilaku yang kita lakukan setiap saat.
3. Meyakini bahwa Allah akan membalas segala
perbuatan yang dilakukan. Apabila yang kita lakukan baik maka Allah akan
membalas dengan hal yang baik dan begitu pula sebaliknya.
A. Berilah tanda silang (x) a,b,c,dan d pada
jawaban yang paling benar
1. Bagaimanakah cara menghindari hasud…..
a. Meningkatkan mutu keimanan agar
memiliki nilai—nilai agama yang tinggi
b. Mengurangi berbagai masalah
c. Melaksanakan perbuatan tercela secara
istiqomah
d. Menghilangkan kesadaran bersolideritas
antara sesame
e. Sabar, ikhlas, tawakal, dan tabah
untuk menghilangkan kepercayaan
2. Di bawah ini yang bukan termasuk tanda
orang yang beersifat riya’ adalah
a. Melakukan perbuatan baik karena Allah
b. Beribadah hanya sekedar ikut-ikutan
c. Terlihat tekun beribadah karena di
puji
d. Berusaha memperlihatkan perbuatan
baiknya agar di ketahui orang lain
e. Tidak berammal baik jika tidak di
lihat orang
3. Seorang muslim yang keluar dari agamanya
di sebut murtad hal ini termasuk zalim terhadap
a. Orang lain d. Nikmat Allah SWT
b. Diri sendiri e. Makhluk lain
c. Allah SWT
4. Membuat gaduh yang menjadikan orang
lain tidak tenang di sebut
a. Riya’ d. zalim
b. NIfak e. kufur
c. Hasud
5. Sifat hasud atau dengki tidak dapat
muncul di karenakan
a. Adanya rasa permusuhan dan kebencian
b. Ada hati yang buruk dan enggan berbuat
baik kepada sesama manusia
c. Ada niat jelek ter hdap orrang lain
d. Melihat kelebihan orang lain yang
tidak bisa menandingi
e. Timbulnya kesadaran dan kesabaran diri
6. Ibadah yang bertujuan agar dapat di
lihat orang lain di sebut
a. Hasud d. takabur
b. Riya’ e. nifak
c. Dengki
7. Rasulullah bersabda jauhilah dirimu
dari sifat dengki karena sesungguhnya sifat dengki itu memakan kebaikan
seperti….
a. Air dalam keledai d. Api memakan kayu
bakar
b. Pinang di belah dua e. Api dalam sekam
c. Pagar makan tanaman
8. Seseorang yang mempunyai sifat dengki
hidupnya akan….
a. Damai d. Bahagia
b. Ikhlas e. gelisah
c. tenang
9. perbuatan tercela yang telah di
ibaratkan Rosul adalah sebagai syirik kecil
a. iri hati d. hasud
b. munafik e. riya’
c. zalim
10. Meminum-minuman keras yang memabukan
adalah contoh orang yang berbuat….
a. Zalim d. baik
b. Dosa e. fitnah
c. Kufur
11. Seorang yang berbuat zalim akan
mendapatkan akibat
a. Pujian d. azab yang pedih
b. Keberkahan e. rahmat Allah
c. hinaan
12. Salah satu ciri sifat hasud adalah
a. Apa yang di katakana tidak sesuai
dengan yang ada di dalam hati
b. Suka merendahkan dan meremehkan orang
lain
c. Tidak merasa puas dengan apa yang ddi
peroleh
d. Senang melihat oranng lain dalam
kesusahan
e. Tidak senang melihat oorang lain
mendapat kenikmatan
13. Dosa besar yang tidak akan
mendapatkan ampunan Allah SWT adalah
a. Fitnah d. syirrik
b. Ghibah e. hasud
c. namimah
14. Jika akan membunuh binatang hendaknya
dengan cara yang terbaik . maksudnya
a. Tidak boleh menyiksa
b. Membunuh dengan sedikit demi sedikit
c. Binatang di takdirkan untuk di
konsumsi manusia
d. Binatang mempunyai hak di perlakuukan
secara baik
e. Binatang perlu di tempatkan pada
posisi yang terhormat
15. Contoh sholat yang di lakukan dengan
riya’
a. Fauzan tekun melakukan sholat
b. Helmi setiap hari pergi ke masjid agar
dapat lebih dekat dengan hilma
c. Nafis rajin sholat setelah di beri
nasehat ustadnya
d. Fitri sholat dengan tekun karena
dengan sholat dirinya lebih tenang
e. Rafi kadang kadang rajin sholat di
masjid tapi kadang tidak
16. Dalam QS Al-Hujrot; 12 di jelaskan
barang siapa yang senang mencari cari kesalahan orang lain di ibaratkan seperti
a. Memakan bangkai saudaranya yang telah
mati
b. Anjing yang menelan muntahnya
c. Orang yang berjalan tidak tau arah
d. Orang-orang yang berada di tengah
lautan
e. Orang yang tuli
17. Berikut ini merupakan salah satu cara
untuk menghilangkan rasa riya
a. Melakukakn perbuatan baik dengan
sembunyi sembunyi
b. Memberi sumbangan yang tidak memakai
nama
c. Menganggap yang di lakukan sekedar
menjalankan kewajiban
d. Memberikan bantuan tanpa menyebutkan
namanya
e. Mengikuti bakti sosial untuk menyalurkan
bantuan-bantuanya
18. Akibat dari perbuatan dengki adalah
sebagai berikut, kecuali……
a. Kerisauan dan kegelisahan akibat rasa
kebencian
b. Akan di jauhi manusia
c. Mendapat sanjungan orang lain
d. Jauh dari rahmat Allah
e. Hancurnya kebaikan-kebaikan yang telah
di lakukannya
19. Kita tidak boleh berbuat zalim kepada
siapapun, termasuk kepada alam semesta. Berikut ini perbuatan perbuatan yang
termasuk zalim terhadap alam, kecuali …
a. Membuang hajad di sungai
b. Membuang air limbah langsung di sungai
c. Menebang pohon dengan semena-mena
d. Meninggalkan sampah-sampah plastik di
gunung-gunung
e. Merusak terumbu karang
20. وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ
لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ
وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Pada QS AN-NISA: 32 Terdapat larangan bagi umat
islam untuk bersifat
a. Idealis d. iri hati
b. Takabur e. egois
c. Riya’
A. ISILAH TITIK-TITIK DI BAWAH INI
1. Jelaskan pengertian
Riya’……………………………………………………………………………………………..2. Apa yang di maksud dengan
3. Ibadah yang di lakukan hanya
menginginkan pujian di sebut…………………………
4. Seseorang yang memperlakukan orang lain
dengan tidak semestinya dengan tujuan ingin menyakiti atau menyusahkan orang di
sebut……………………………………………………………………
5. Seseorang yang memperlakukan orang
lain dengan tidak semestinya dengan tujuan ingin menyakiti atau menyusahkan
orang di
6. Sebutkan macam-macam riya’
7. Sebutkan bahaya zallim terhadap diri
sendiri
8.
Sebutkan bahaya zalim terhadap orang lain © Mania Ilmu 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates