Sejarah Wali songo
Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid
Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.
1. Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.n
2. Sunan Ampel
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)
Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.
Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
3. Sunan Giri
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).
Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.
Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri.
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.
Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.
Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.
Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.
Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.
4. Sunan Bonang
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban
Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya
setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah
yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.
Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.
5. Sunan Kalijaga
Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.
Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.
6. Sunan Gunung Jati
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).
Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.
Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.
Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.
Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.
Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.
Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.
7. Sunan Drajat
Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan.
Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang’.
Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.
8. Sunan Kudus
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang.
Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.
Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.
9. Sunan Muria
Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus
Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.
Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya.
Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.
sumber
Sejarah Wali Songo, Asal Usul Wali Songo, Sejarah Wali Songo Lengkap, Profil Wali Songo, Profil Wali Songo Lengkap, Cerita Wali Songo, Cerita Wali Songo Lengkap
Sejarah Maulana Malik Ibrahim
Sejarah Sunan Ampel
Sejarah Sunan Giri
Sejarah Sunan Bonang
Sejarah Sunan Dradjad
Sejarah Sunan Kalijaga
Sejarah Sunan Kudus
Sejarah Sunan Muria
Sejarah Sunan Gunung Jati
PENGERTIAN DISKRIMINASI
1. Pengertian Diskriminasi.
Secara bahasa diskriminasi berasal dari bahasa inggris
“Discriminate” yang berarti membedakan. Dan dalam bahasa Arab istilah
Diskriminasi di kenal dengan Al-Muhabbah ( المحا با ة ) yang artinya membedakan kasih antara
satu dengan yang lain atau pilih kasih. Kosa kata Discriminate ini kemudian
diadopsi menjadi kosa kata bahasa Indonesia “Diskriminasi” yaitu suatu sikap
yang membeda-bedakan orang lain berdasarkan suku, agama, ras, dan lain
sebagainya.
Nabi Muhammad SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak
pernah melihat kepada tubuh-mu, atau parasmu , akan tetapi Dia melihat kepada
hatidan kelakuanmu.”
Menurut sudut pandang sosiologi, sampai kapanpun setiap
menginginkan adanya kebersamaan, bersatu, dan terpadu, keinginan ini didasarkan
pada prinsip:
1. Benar salah: apabila prinsip benar salah ini
menjadikan seseorang tidak bias sembarangan bertindak atau melakukan sesuatu
sekehendak hatinya sendiri. Tindakan manusia yang dapat dibenarkan manusia
adalah tindakan yang dilakukan seseorang sesuai dengan norma yang berlaku.
2.
Pengungkapan perasaan kebersamaan :
pengungkapan perasaan ini terwujud dalam bentuk, seperti perkumpulan,
kekerabatan, keluarga, suku, bangsa , organisasi, Negara, dan badan-badan
internasional.
3.
Keyakinan diri, dan keberadaan : perasaan
keyakinan diri yang dimiliki oleh manusia mampu memberikan kepercayaan dan rasa
aman bagi dirinya, sehingga tidak menganggap unsure lain diluar dirinya sebagai
sesuatu yang berbahaya, maupun ancaman yang perlu dihindari.
4.
Pengungkapan estetika dan keindahan: manusia
dalam hidupnya memerlukan kebutuhan batin atau kejiwaan manusia. Pengungkapan
estetika adalah manivestasi kebutuhan batiniah sebagai makluk berfikir dan
bermoral.
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil
terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan
suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan
karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang
diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan,
kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliranpolitik, kondisi fisik atau
karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.
Diskriminasi
dibagi menjadi 2 yaitu:
1.
Diskriminasi langsung. Terjadi saat hukum,
peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu,
seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang
sama.
2.
Diskriminasi tidak langsung. Terjadi saat
peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di
lapangan
2. Jenis perbuatan Diskriminasi
Munculnya perilaku Driskriminasi lebih disebabkan oleh adanya
penyimpangan individual, penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya
memiliki kelainan atau mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat
mengendalikan dirinya.
Perilaku yang seperti inilah yang menjadikan factor munculnya
sikap diskriminasi yang paling dominan dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun
bentuk penyimpangan perilaku individual menurut kadar penyimpangannya adalah
sebagai berikut :
a.
Penyimpangan tidak patuh pada nasehat orang
tua agar mengubah pendiriannya yang tidak sesuai dengan nilai islam.
b.
Penyimpangan karena tidak taat terhadap
pimpinan yang disebut pembangkang.
c.
Penyimpangan karena melanggar norma umum yang
berlaku di sebut pelanggar.
d.
Penyimpangan karena tidak menepati janji,
berkata bohong, berkhianat, dan berlagak pembela. Disebut munafik.
Perbedaan sosial menunjukkan adanya keaneka ragaman dalam
masyarakat. Suatu masyarakat yang di dalam-nya terdiri atas berbagai unsur
menunjukkan perbedaan tidak bertingkat disebut masyarakat majemuk.
Terjadinya
bentuk-bentuk perbedaan social dalam masyarakat diakibatkan oleh adanya
cirri-ciri tertentu, yaitu :
a.
Ciri-ciri Fisik, yang berkaitan dengan ras,
yaitu penggolongan manusia atas dasar persamaan cirri-ciri fisikyang tampak
dari luar, seperti bentuk kepala, bentuk badan, bentuk hidung, bentuk rambut,
bentuk muka, bentuk tulang.
b.
Cirri-ciri sosial, yaitu yang berkaitan
dengan status dan peran para warga masyarakat dalam kehidupan sosial.
c.
Ciri-ciri budaya, yaitu cirri yang membedakan
budaya dan suku. Di dalam masyarakat di bedakan menjadi suku Batak, Bugis,
Lombok, Toraja, Ambon , Asmat, Jawa, dan lainnya.
Ada
6 macam Differensiasi social, yaitu:
a.
Differensi social berdasarkan perbedaan ras.
Ciri-ciri fisik yang menjadi dasar pembagian ras adalah :
1. Bentuk kepala. 5. Warna kulit
2. Bentuk badan. 6. Warna mata
3. Bentuk hidung. 7. Bentuk muka
4. Bentuk rambut.
b.
Differensi social berdasarkan perbedaan
agama.
c.
Differensi social berdasarkan perbedaan jenis
kelamin
d.
Differensi social berdasarkan perbedaan umur
e.
Differensi social berdasarkan perbedaan
profesi
f.
Differensi social berdasarkan perbedaan klan
g.
Differensi social berdasarkan perbedaan suku
bangsa
3. Dampak Negatif Diskriminasi
Sikap
driskiminasi sangat bertentangan dengan ajaran islam, karena sikap Diskriminasi
menunjukkan martabat yang rendah bagi pelakunya dan akan memicu munculnya
perilaku buruk lainnya yang dilarang, akibat buruk dari sikap diskriminasi
diantaranya adalah :
a.
Memicu munculnya sektarianisme, agama islam
melarang umatnya hanya mementingkan kesukuan atau kelompoknya.
b.
Memunculkan permusuhan antar kelompok,
perasaan melebihkan kelompok sendiri, dan merendahkan kelompok yang lain
menjadi pemicu perseturuan antar kelompok.
c.
Mengundang masalah social yang baru, karena
secara social seseorang tidak disikapi secara wajar, maka sikap diskriminasi
dapat memancing munculnya masalah social yang bertentangan dengan ajaran islam.
d.
Menciptakan penindasan dan otoritarianisme
dalam kehidupan, karena adanya perasaan lebih dan sentimen terhadap kelompok,
sehingga hak-hak kelompok lain diabaikan.
e.
Menghambat kesejahteraan kehidupan, sikap
diskriminasi lebih menonjolkan sikap egoisme pribadi ataupun kelompok.
f.
Menghalangi tegaknya keadilan, jika sikap
diskriminasi dominan, maka keadilan sulit ditegakkan, karena dalam mengambil
keputusan suatu masalah, selalu didasarkan pada pertimbangan subyektif diri
atau kelompok yang dibelanya.
g.
Menjadi pintu kehancuran masyarakat, jika
dibiarkan sikap diskriminasi akan dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan
social.
h.
Mempersulit penyelesaian masalah, persoalan
yang dihadapi mestinya segera diselesaikan secara baik, namun karena adanya
sikap diskriminasi menjadi berlarut-larut.
4. Cara Menghindari Diskriminasi.
Untuk menghindari sikap diskriminasi, maka setiap muslim
harus mengedepankan sikap musawah. Sikap ini cukup urgen dalam kehidupan
modern, sikap ini bertujuan untuk menciptakan rasa kesejajaran, persamaan, dan
kebersamaan serta penghargaan setiap manusia sebagai makluk Allah SWT.
Pengakuan terhadap persamaan harkat, martabat, derajat kemanusiaan merupakan
perwujudan keimanan (tauhid) seseorang dan akan membawa pada tingkat ketaqwaan
yang tinggi.
Pengelompokan dan solidaritas dipandang Al-Qur’an sebagai
fitrah, sunatullah yang tidak akan berubah. Firman Allah SWT :
لهم البشرى في الحياة الدنيا
وفي الآخرة لا تبديل لكلمات الله ذلك هو الفوز العظيم
Artinya : “Bagi
mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di
akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang
demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS Yunus: 64)
Demikian pula di tegaskan Allah SWT,
dalam Al-Qur’an :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : “Hai
manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya Allah yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha mengenal. ( Q.S. Al-Hujarat/49 :13 )”
Di samping persamaan, untuk menghindari sikap
diskriminasi, maka harus di tonjolkan persaudaraan sesame orang beriman dan
bahkan kepada sesame manusia. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas betapa
indah dan tulusnya persaudaraan antara kaum pendatang dari mekah dengan kaum penolong
dari madinah. Mereka mau berbagu apa saja untuk saudaranya seiman. Demikianlah
persaudaraan Islam betul-betul merupakan nikmat Allah yang perlu disyukuri dan
dipelihara, sebagaimana firman Allah SWT :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ
إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. {ال
عمران: 103}
Artinya : Dan
berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian,
lalu jadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kalian
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian
daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar
kalian mendapat petunjuk.(Ali Imran: 103)
Supaya
Persaudaraan yang dijalin dapat tegak dengan kokoh, maka diperlukan empat tiang
penyangga utamanya :
1.
Ta’aruf adalah saling kenal mengenal dan
tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas saja, tapi lebih jauh lagi
menyangkut latar belakang pendidikan, ide-ide, cita-cita, serta problematika
kehidupan yang dihadapi.
2. Tafahum adalah saling memahami kelebihan dan
kekurangan, kekuatan dan kelemahan masing-masing.
3.
Ta’awun adalah saling tolong-menolong, dimana
yang kuat menolongyang lebih, dan yang memiliki kelebihan menolong yang
kekurangan.
4.
Takaful adalah saling memberikan jaminan,
sehingga menimbulkan rasa aman, tidak ada rasa kekhawatiran dan kecemasan
menghadapi hidup ini.
5.
Contoh Sikap Diskriminasi Di Lingkungan
Masyarakat.
Tentu
kalian semua telah tau, bahkan mungkin telah hafal dengan lirik lagu yang di
nyanyikan oleh Girl Band “LOLIPOP” yang berjudul “KAMSEUPAY”. Di dalam lirik
lagu yang dinyanyikan oleh Girl Band ini menceritakan perbedaan kasta, atau
biasa di sebut jabatan, mereka mengira mereka yang paling kaya, maka dari pada
itu mereka mendiskriminasi orang yang kekayaannya di bawah mereka. Dan sering mengolok-olok
dan menghina orang miskin, dan tidak mau berteman ( mendiskriminasikan )
orang-orang miskin tersebut.
Di
dalam lirik lagunya pun mereka membanggakan diri mereka sendiri, seakan mereka
merasa paling kaya diantara semuanya, hal ini tidak di perbolehkan dalam agam
Islam, karena hal tersebut termasuk perbuatan Riya’. Diskriminasi yang ada di
dalam lagu Lolipop itulah yang sangat di benci oleh Allah SWT.
5. Hikmah Menghindari Sikap Diskriminasi.
1.
Mengutamakan orang lain ; seorang muslim yang
menghindari sikap diskriminasi cenderung lebih mengutamakan orang lain daripada
dirinya sendiri, meskipun dia miskin, karena Islam mengajarkan kepada para
pengikutnya untuk melakukan hal demikian.
2.
Meringankan Beban orang lain ; setiap muslim
yang menghindari sikap Diskriminasi adalah seorang toleran, sabar, dan
memperlakukan orang lain dengan baik.Dia berusaha meringankan beban orang yang
berhutang sebagaimana di firmankan Allah SWT :
3.
Tidak menjadi beban orang lain; seorang
muslim yang menghindari sikap diskriminasi memiliki jiwa mandiri dan
independen, tidak berfikiran untuk meminta-minta. Jika kesulitan menimpanya,
dia menghadapinya dengan sabar dan berusaha lebih keras. Karena Rosullullah SAW
memperingatkan umat islam bahwa “Tangan yang diatas lebih baik daripada tangan
dibawah. Tangan yang di atas adalah orang yang memberi, sedangkan tangan yang
di bawah adalah orang yang meminta.
4.
Ramah Tamah terhadap sesame manusia ;
seseorang yang benar-benar memahami ajaran agama senantiasa ramah, bersahabat,
dan menyenangkan. Dia bergaul dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka.
5.
Berperilaku sesuai ajaran islam ;salah satu
karakteristik terpenting seorang muslim yang menghindari sikap diskriminasi
adalah dia mengukur setiap tradisi masyarakatnya yang telah cukup dikenal
berdasarkan standar-standar islam.
6.
Wajar dan realistis ; Allah melalui Rosul-Nya
telah mengajarkan manusia bahwa tujuan hidup sebenarnya adalah agar dapat
menghambakan diri kepada Allah, sehingga tercapai derajat taqwa yang prima
terimakasih atas kunjungan saudara ke blog maniailmu.blogspot.co.id jangan bosan untuk mengunjungi blog kami, dan kami mengharap kritik dan saran dari saudara, agar blog maniailmu.blogspot.co.id dapat lebih berguna dan bermanfaat untuk pembaca
sumber :
Wikipedia.com
Google.com
sumber :
Wikipedia.com
Google.com
RIYA’ DAN ANIAYA (ZALIM)
1.
Pengertian
dan Penjelasan Perilaku Riya
Kata riya
berasal dari kata ru’yah, yang artinya menampakkan. Dikatakan arar-rajulu,
berarti seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat oleh manusia. Makna ini
sejalan dengan firman Allah SWT:
ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ () وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ()
Artinya : “…Orang-orang
yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna.” (QS. Al-Maa’uun :
6-7)
وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ
خَرَجُواْ مِن دِيَـٰرِهِم بَطَرً۬ا وَرِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ
ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطٌ۬
Artinya
: “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya
dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi
[orang] dari jalan Allah. Dan [ilmu] Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.”
(QS. Al-Anfal : 47)
a.
Definisi
Riya secara Terminologi
Pengertian riya secara istilah/terminologi adalah sikap
seorang muslim yang menampakkan amal shalihnya kepada manusia lain secara
langsung agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka,
atau mengharapkan keuntungan materi.
b.
Pengertian
Sum’ah secara Etimologi
Kata sum’ah berasal dari kata samma’a (memperdengarkan).
Kalimat samma’an naasa bi ‘amalihidigunakan jika seseorang menampakkan amalnya
kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya.
c.
Definisi
Sum’ah secara Terminologi
Pengertian sum’ah secara istilah/terminologi adalah sikap
seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang
sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi- kepada manusia lain agar dirinya
mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan
keuntungan materi.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan
pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Bahwa
riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sum’ah
adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia
bicarakan hal tersebut kepada manusia. Sehingga, menurutnya semua riya itu
tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah
dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di
hadapan manusia.
Dalam
Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِى
يُنفِقُ مَالَهُ ۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ
ٱلۡأَخِرِۖ فَمَثَلُهُ ۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٌ۬ فَأَصَابَهُ ۥ
وَابِلٌ۬ فَتَرَڪَهُ ۥ صَلۡدً۬اۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَىۡءٍ۬ مِّمَّا ڪَسَبُواْۗ
وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَـٰفِرِينَ ()
Artinya : “Hai
orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti [perasaan si penerima], seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia
bersih [tidak bertanah]. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS.
Al-Baqarah : 264)
Rasulullah
SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:
Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan
sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya.
(HR. Bukhari)
Diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya adalah
diumumkan aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya
diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya.
Na’udzubillah min dzalik.
Dalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan tentang
kekhawatirannya atas umat ini terhadap riya yang akan menimpa mereka. Riya yang
tidak lain merupakan syirik kecil.
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah
syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan syirik kecil
itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Riya.” “Allah akan berfirman pada
hari kiamat nanti ketika Ia memberi ganjaran amal perbuatan hamba-Nya,
‘Pergilah kalian kepada orang yang kalian berlaku riya terhadapnya.’ Lihat
Apakah kalian memperoleh balasan dari mereka?” Kemudian Rasulullah mendengar
seseorang membaca dan melantunkan dzikir dengan suara yang keras. Lalu beliau
bersabda, “Sesungguhnya dia amat taat kepada Allah.” Orang tersebut ternyata
Miqdad bin Aswad. (HR. Ahmad)
1.
Hadis Perilaku Riya
“Barangsiapa melakukan perbuatan sumah niscaya Allah akan
memperdengarkan aibnya dan barangsiapa melakukan perbuatan riya, niscaya Allah
akan memperlihatkan aibnya,”( Hadits riwayat Muslim, 4/2289.)
Perbuatan riya adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan cara
tertentu supaya dilihat orang lain dan dipujinya. Misalnya, seseorang melakukan
shalat, lalu memperindah shalatnya, tatkala mengetahui ada orang yang melihat
dan memperhatikannya. Sedangkan perbuatan sumah adalah suatu perbuatan yang
dilakukan dengan maksud agar didengar dan dipuji orang lain. Misalnya,
seseorang membaca Al-Quran, lalu memperindah suara dan lagunya tatkala
mengetahui ada orang yang mendengar dan memperhatikan-nya.
Barangsiapa melakukan suatu ibadah tetapi ia melakukannya karena
mengharap pujian manusia di samping ridha Allah, maka amalannya menjadi sia-sia
belaka. Seperti disebutkan dalam hadits qudsi,“Aku adalah Dzat yang paling
tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amal dengan dicampuri
perbuatan syirik kepadaku, niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak Aku terima)
amal syiriknya.”( Hadits riwayat Muslim, hadits no. 2985.)
2.
Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Riya
Hal penting yang perlu kita ketahui dalam masalah riya
adalah sebab-sebab yang bisa menjatuhkan diri kita dalam penyakit ini. Di
antara sebab-sebabnya adalah sebagai berikut.
a. Lingkungan
keluarga.
Keluarga
merupakan tempat di mana anggota-anggotanya berinteraksi secara intens sehingga
yang terjadi adalah saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Apabila
seseorang hidup dalam sebuah keluarga yang kental dengan tampilan-tampilan
riya, maka sulit untuk tidak jatuh pada penyakit ini, terlebih anak-anak yang
punya kecenderungan untuk mengikuti orang tua. Maka, langkah strategis yang
harus dilakukan orang tua adalah memperdalam ajaran Islam sehingga sang anak
akan mampu membentengi dan memproteksi dirinya dari riya.
b. Pengaruh
teman.
Sebagaimana
keluarga mempunyai pengaruh yang kuat dalam mempengaruhi putih hitamnya
perilaku kita, teman pun demikian, sehingga Allah SWT senantiasa menganjurkan
kepada kita agar kita mencari dan menjadikan orang-orang yang saleh sebagai
mitra kita atau teman dalam bergaul kita. Allah telah menggambarkan sebuah
penyesalan hambanya yang salah dalam berinteraksi. Allah SWT berfirman,
“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu
teman akrab(ku).” (al-Furqaan (25) : 28)
c. Tidak
mengenal Allah SWT dengan baik.
Ketidaktahuan seseorang akan kedudukan keagungan Allah SWT dan
kebesaran-Nya akan menghantarkan pada tampilan sikap dalam beribadah kepada
Allah SWT. Maka, mengenal Allah merupakan hal yang urgen sekali oleh karena
dengan cara itulah kita akan terjaga dari kesalahan-kesalahan dalam beribadah
kepada Allah, termasuk munculnya penyakit riya.
Keinginan yang berlebihan untuk menjadi pemimpin atau
meraih jabatan dan kedudukan.
d. Ketamakan
kepada harta.
e. Kekaguman
yang berlebihan dari orang lain.
Kekaguman yang berlebihan dari orang lain
manakala tidak dikelola dengan baik bisa menjadikan orang yang dikagumi
membusungkan dadanya dan lupa kepada Allah SWT sehingga timbullah sikap riya.
Penyebabnya, ia akan senantiasa mencari celah agar sikap, perilaku, dan
ibadahnya senantiasa mendapat sanjungan
orang lain.
3.
Macam-macam Perilaku Riya
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa riya’ ada 2 macam,
sebagaimana ulama menguraikannya:
وَهُوَ قِسْمَانِ : رِيَاءٌ
خَالِصٌ كَانَ لاَ يَفْعَلَ الْقُرْبَةَ إِلاَّ لِلنَّاسِ ,
وَرِيَاءٌ شِرْكٌ كَانَ يَفْعَلَهَا ِللهِ وَلِلنَّاسِ وَهُوَ
أَخَفُّ مِنَ الْأَوَّلِ
Artinya
: “ riya’ dibagi kedalam dua tingkatan: riya’ kholish yaitu melakukan ibadah
semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia, riya’ syirik yaitu
melakukan perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan juga karena
untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan keduanya bercampur”.
Maka hal ini sesuai dengan perkataan ulama ahli sufi,
bahwa kita kadang tidak bisa membedakan antara riya’ jali (terang) dan khafi
(samar), kecuali orang-orang yang benar-benar selalu mensucikan dalam hatinya
hanyalah beribadah kepada Allah semata. Karena dengan kedekatan pada-Nya, dalam
hatinya sudah dibersihkan daripada penyakit-penyakit yang buruk (madzmumah)[6]:
وَلَا يَسْلِمُ مِنَ
الرِّيَاءِ الْجَلِيِّ وَالْخَفِيِّ إِلَّا الْعَارِفُوْنَ الْمُوَحِّدُوْنَ
لِأَنَّ اللهَ طَهَّرَهُمْ مِّنْ دَقَائِقِ الشِّرْكِ
Allah
berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 110:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ
رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ
أَحَدًا
Artinya
: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu yang diwahyukan
kepadaku, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa, Barangsiapa
yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya”.
Ayat diatas menerangkan kepada kita, sekiranya beramal
tapi masih mengharapkan pujian daripada selain Allah, maka sifat riya’ sudah
masuk dalam diri kita, dan itu sangat berbahaya karena kita beramal untuk
menuai hasilnya nanti di akhirat.
Allah
SWT berfirman dalam surat Asy-Syuura ayat 20:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ
الْآَخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ
وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ
الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
Artinya
: “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah
keuntungan itu baginya, dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia,
Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya
suatu bahagianpun di akhirat”.
Apapun jenis ibadah yang kita lakukan,
hendaklah dengan satu tujuan menghadap kepada sang Ilaah, seperti sholat yang
kita kerjakan setiap hari lakukanlah hanya untuk Allah, baik ketika sholat
sendiri atau pun ada orang di sekitarnya, beribadahlah hanya untuk Allah yang
Maha Mulia. Allah berfirman dalam surat al-Maa’uun ayat 4-7:
فَوَيْلٌ
لِلْمُصَلِّينَ , الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ , الَّذِينَ هُمْ
يُرَاءُونَ , وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
Artinya
: “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan)
barang berguna”.
Beberapa
Diantaranya yaitu :
Seorang hamba dalam beribadah menginginkan
selain Allah. Dia senang orang lain tahu/melihat apa yang diperbuatnya. Dia
tidak menunjukkan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah dan ini termasuk
jenis nifaq.
Seorang hamba beribadah dengan tujuan dan
keinginannya ikhlas karena Allah, namun ketika manusia melihat ibadahnya maka
ia bertambah giat dalam beribadah serta membaguskan ibadahnya. Ini termasuk
perbuatan syirik tersembunyi.
Seorang hamba beribadah pada awalnya ikhlas
karena Allah dan sampai selesai keadaannya masih demikian, namun pada akhir
ibadahnya dipuji oleh manusia dan ia merasa bangga dengan pujian manusia
tersebut serta ia mendapatkan apa yang diinginkannya (dunia, missal: dengan
memperoleh kedudukan di masyarakat dll).
Riya’ badaniyah, yaitu perbuatan riya’ dengan
menampakkan badan/jasadnya kurus karena banyaknya ibadah sehingga ia disebut
sebagai orang ABID (Ahli Ibadah).
Riya’ dari sisi penampilan atau model.
Seperti orang yang berpenampilan compang-camping agar ia dilihat seperti orang
yang berlaku/berbuat zuhud 1).
Riya’ pada ucapan, misal orang yang
memberat-beratkan suaranya.
Riya’ dengan amalan.
Riya’ dengan teman dan orang-orang yang
mengunjunginya. Misal: Teman-teman/orang-orang yang mengunjunginya adalah para
ustadz/ulama, maka ia menjadi bangga dan mengharap pujian dari hal tersebut.
Riya’ dengan mencela dirinya dihadapan
manusia.
Seorang beramal dengan amal ketaatan dan
tidak seorangpun mengetahuinya, ia tidak ingin tenar. Akan tetapi jika ia
dilihat manusia, ia menginginkan diawali/dihormati dengan pengucapan salam.
Menjadikan perbuatan ikhlasnya itu sebagai
wasilah terhadap apa yang dia inginkan.
4.
Ciri-ciri Perilaku Riya
Pengetahuan kita tentang ciri-ciri orang yang mempunyai
sifat riya merupakan hal penting oleh karena kita akan melakukan
penyikapan-penyikapan yang jelas terhadap mereka yang terkena penyakit ini.
Minimal ada tiga ciri dasar dari orang yang mempunyai sifat riya:
Munculnya keseriusan dan giat dalam bekerja
manakala mendapat pujian dan sanjungan, dan akan malas manakala tidak ada
pujian, bahkan meninggalkan pekerjaannya manakala dicela oleh orang lain;
Tampilnya profesionalisme kerja manakala dia
bekerja secara kolektif, dan apabila bekerja secara individu yang muncul adalah
kemalasan yang sangat;
Konsisten di dalam menjaga batasan-batasan
Allah SWT apabila bersama orang lain, dan melakukan pelanggaran-pelanggaran
manakala dia sendirian.
5.
Dampak Perilaku Riya
Karena sifat riya merupakan penyakit hati, sudah barang
tentu dia mempunyai efek negatif dalam
kehidupan kaum Muslimin, baik secara pribadi maupun dalam bentuk amal islami.
Berikut ini adalah dampak negatif dari sifat riya.
1)
Dampak
riya terhadap pelakunya
1. Terhalangi
dari petunjuk dan taufik Allah SWT.
2. Menimbulkan
keguncangan jiwa dan kesempitan hidup.
3. Hilangnya
karismatika dirinya pada orang lain.
4. Hilangnya
profesionalisme dalam bekerja.
5. Terjerumus
pada sikap ujub, terperdaya, dan sombong.
6. Batalnya
amal ibadah yang dilakukan.
7. Akan
mendapat azab pada hari akhir.
2)
Dampak
riya terhadap amal islami
Efek negatif riya yang paling dominan dalam amal islami
adalah tertundanya banyak pekerjaan dan terjadinya akumulasi biaya pekerjaan
yang besar. Hal itu dilatari karena setiap pekerjaan yang dilakukan menunggu
sanjungan orang lain yang pada waktu yang bersamaan akan berimbas pada
pembiayaan pekerjaan. Betapa banyaknya pekerjaan-pekerjaan besar yang
terbengkalai manakala kaum Muslimin terjangkit penyakit ini. Maka, manakala
kita mengetahui dampak negatifnya yang begitu besar, baik secara individu
maupun kolektif, menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk menghilangkan dan
memusnahkan sifat ini dari diri kita.
3)
Contoh
Perilaku Riya
Seseorang yang telah bersedekah kepada yayasan,dan
meminta ketua yayasan supaya orang yang bersedekah tadi disebutkan/di umumkan
kepada orang lain,ahwa dirinya telah bersedekah.
seseorang yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan
memamerkannya / menonjolkannya kepada semua orang.
Orang
yang telah menunaikan ibadah haji di tahun kemarin dan akan menunaikan ibadah
haji lagi di tahun ini.Dengan maksud agar mendapat gelar haji da di puji oleh
orang lain.Dan masih bayak lagi contoh-contoh yang lainnya .
6.
Cara Mencegah Perilaku Riya
Diantara
solusi agar kita terhindar dari perbuatan riya’ adalah sebagai berikut:
Mengetahui
jenis-jenis amalan yang diperuntukkan untuk dunia dan mengetahui jenis-jenis
riya’ serta factor-faktor pendorong perbuatan riya’
Mengetahui keagungan Allah Azza wa Jalla.
Mengenal/mengetahui apa yang telah Allah
persiapkan untuk akhir kehidupan.
Takut dari beramal untuk kepentingan dunia.
ANIAYA (DZALIM)
A.
Pengertian Dzalim
Menurut ajaran islam, dzolimatau aniaya
berasal dari kata dzolama-yadlimu-dzulman yang artinya aniaya. Zalim (Arab: ظلم, Dholim) adalah meletakkan sesuatu/
perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin. Lawan
kata zalim adalah adil.
Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan
huruf “dho la ma” (ظ ل م ) yang bermaksud gelap. Di dalam al-Qur’an menggunakan kata
zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang artinya juga sama dengan zalim
yaitu melanggar haq orang lain. Namun demikian pengertian zalim lebih luas
maknanya ketimbang baghyu, tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman
itu memiliki berbagai bentuk di antaranya adalah syirik.
Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk
melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang
dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan,
kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat
diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan
sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah
manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.
Sejak awal, Islam datang menyeru umat manusia
untuk lepas dari kungkungan kedzoliman dan kelaliman. Menyerukan persamaan
derajat manusia di muka bumi ini, serta merubuhkan seluruh warisan-warisan
jahiliyah yang identik dengan kedholiman. Tak ada lagi kesewenang-wenangan kaum
yang kuat, kelaliman penguasa serta kebengisan golongan yang terpandang.
Karenanya, tidak heran kalau dalam waktu yang relatif sangat singkat, Islam
mendapat tempat istimewa di hati manusia. Khususnya mereka yang lemah dan
tertindas.
Hal ini tergambar dari ucapan seorang Rib’iy
bin Amir tatkala berdiri gagah di hadapan panglima tentara Persia, Rustum,
الله ابتعثنا لنخرج من شاء من
عبادة العباد إلى عبادة الله، ومن ضيق الدنيا إلى سعتها، ومن جور الاديان إلى عدل
الاسلام
Artinya
: “Sungguh Allah Ta’ala mengutus kami untuk membebaskan manusia dari
penghambaan kepada sesama menuju penghambaan hanya kepada Allah, melepaskan lilitan
belenggu kesempitan dunia menuju kebebasan, serta mengeluarkan mereka dari
kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam”. (Lihat: al-Bidayah Wa al-Nihayah,
Ibnu Katsir, 7/47).
Sebuah pernyataan jujur, lahir dari hati
kesatria yang tulus, hingga tetap membekas sekalipun kesombongan dan
kecongkakan berupaya mencegatnya.
Ketahuilah, harta, darah dan kehormatan
seorang muslim haram atas muslim yang lain. Dalam konteks apapun, tidak
dibenarkan merampas harta, menumpahkan darah atau mencemarkan kehormatan seorang
muslim kecuali dengan alasan kebenaran. Ini dipertegas oleh Sabda Rasulullah
SAW ketika haji wada’ (perpisahan):
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ
وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا
فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
Artinya
: “Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram (untuk ditumpahkan,
dirampas dan dicemarkan), seperti haramnya hari kalian ini, di negeri ini
(makkah), dan bulan kalian ini”. (HR. Imam Bukhari no: 65, Muslim no: 2137, Abu
Daud no: 1628, al-Tirmidzi no: 2085 Ibnu Majah no :3046)
Olehnya, syariat Islam yang agung memberi
perhatian besar terhadap perkara-perkara tersebut. Setelah sebelumnya keadilan
berada di titik nadir kehancuran. Misalnya, menindak tegas pembunuh jiwa yang
suci (qishash), menghukum dengan sekeras-kerasnya para penyamun (Qs. 5:33),
serta menegakkan hukum cambuk bagi orang yang suka menuduh tanpa bukti dan
saksi yang dapat dipertanggung jawabkan. (Qs. 24:4).
B.
Macam-Macam Dzolim
Ali Ibn Abi Tholib r.a.,
menyatakan bahwa kezaliman itu ada tiga macam yaitu :
1. Kezaliman terhadap Allah (Syirik)
Dholim kepada Allah Ta’ala. Dalam artian
mengangkat dan menjadikan sekutu bagi-Nya dalam urusan peribadatan. Dan ini
merupakan puncak kadholiman yang paling tinggi. Ketika Rasulullah SAW membaca
ayat Al Qur’an yang berbunyi: “Dan orang-orang yang beriman dan tidak mencampur
adukkan keimanan mereka dengan kedholiman”. (Qs. Al An’am/6:82).
Syirik merupakan pandangan dan kepercayaan
yang mengingkari bahwa Tuhan adalah Maha Esa dan Maha Kuasa. Jika tidak maha
Esa, maka ada yang lebih dari satu Tuhan. Jadi harus ada Tuhan selain Allah,
Tuhan maha Esa itu sendiri. Lalu konsekuensinya, berarti tuhan yang lain tentu
berasal dari kalangan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, termasuk sesame manusia.
Akibatnya ialah bahwa manusia musrik itu mengangkat dan mengagungkan sesama
alam atau sesama manusia lebih dari semestinya.
Kepercayaan itu dalam antropologi budaya,
dikenal sebagai system mitologis yaitu pandanangan yang tidak benar kepada alam
sekitar atau manusia (misalnya, Raja yang dianggap keturunan dewa, dan
lain-lain), pandangan yang tidak sejalan dengan sunnatullah dan takdir untuk
ciptaanya disebut sebagai kedzaliman. Karena syirik mempunyai makna menempatkan
sesuau tidak pada tempatnya dan berdampak merendahkan harkat martabat manusia.
Pada hal manusia adalah puncak dari ciptaan Tuhan.
Para sahabat merasa berat dan khawatir,
hingga wajah mereka berubah. Mereka lantas berkata:
أَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ
نَفْسَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ كَمَا
تَظُنُّونَ إِنَّمَا هُوَ كَمَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ: يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya
: “Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang tidak pernah berlaku dholim?.
Maka Beliau Shallallhu 'Alaihi Wasallam bersabda; “Bukan seperti apa yang
kalian duga, ia (kedholiman dalam ayat tersebut) adalah sebagaimana perkataan
Luqman kepada anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya memprsekutukan (Allah) adalah benar-benar kedholiman yang besar”.
(Qs. Luqman/31:13). (HR. Bukhari no: 6424, Ahmad no: 4019).
2. Kedzaliman Terhadap Diri Sendiri,
Keluarga
Artinya, membenani diri diluar batas
kemampuannya. Termasuk membebaninya
dengan ibadah yang berlebihan. Padahal Allah tidak pernah membebani
hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Sebagian besar manusia memiliki kebiasaan
untuk melakukan perbuatan yang dikelompokkan sebagai dosa kecil, baik dengan
sengaja atau pun tidak. Pada hal sesungguhnya perilaku dosa sekecil apapun
merupakan kedzaliman yang harus ditinggalkan. Walaupun dalam kenyataanya
manusia memang tidak mungkin bebas sama sekali dari kesalahan. Sebagaimana
ungkapan dari bahasa Arab “al-insanu mahall al-khata; wa al-nisyan” yang artinya
manusia adalah tempat salah dan lupa. Oleh karena itu, kita selalu beristighfar
dan berdo’a agar Allah mengampuni segala perbuatan yang dilakukan akibat lupa
atau alpa yang menjadi tabiat manusia.
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam
membenarkan Salman tatkala berkata kepada Abu Darda' tatkala Salman mencegatnya
sholat semalam suntuk serta berpuasa setiap hari:
إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ
حَقًّا وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا فَأَعْطِ كُلَّ
ذِي حَقٍّ حَقَّهُ
Artinya
:"Sungguh dirimu terdapat hak atasmu, keluarga dan istrimu pun
terdapat hak atas dirimu, maka
berikanlah hak setiap pemilik hak itu”. (HR Bukhari no: 1832, al-Tirmidzi no:
2337)
Perkataan ini merupakan nasehat yang sangat mulia.
Seorang, jika menghabiskan malamnya
dengan ibadah dan siangnya dengan berpuasa, sudah tentu akan melalaikan hak
tubuh mendapatkan istirahat dan makanan
yang cukup. Juga hak keluarga memperoleh penghidupan yang layak, serta hak
istri untuk mendapat nafkah batin dari suaminya.
3. Kedzaliman Terhadap Sesama Manusia
Kedzaliman terhadap sesama manusia akan
berdampak pada rusaknya seluruh masyarakat. Maka setiap orang ber kewajiban
mencegah kedzaliman dimasyarakat.
Orang yang dholim pada umumnya senantiasa
bersikap kasar, bermusuhan dan menyakiti perasaan orang lain karena tabiat
buruk yang dimilikinya. Seorang yang dzalim suka mengumbar lidah dengan
bergunjing, namimah dan memfitnah. Mereka selalumengabaikan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Senantiasa memutar balikan fakta sehingga membingungkan masyarakat.
Menyampaikan pesan kebatilan, dan mengarahkan untuk mengabaikan nilai-nilai
norma. Sebab dengan cara itu orang dzalim mendapatkan kesenangan dan kepuasan.
Rasulullah Shallallhu 'Alaihi Wasallam
bersabda tentang orang yang mendholimi saudaranya dengan merampas atau
menggusur tanah miliknya:
مَنْ أَخَذَ شِبْرًا مِنْ
الْأَرْضِ ظُلْمًا فَإِنَّهُ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سَبْعِ
أَرَضِينَ
Artinya
: “Siapa yang berlaku dholim terhadap sejengkal tanah (milik orang lain), kelak
akan digantungkan pada hari kiamat kelak
tujuh lapis bumi (yang ia dholimi) dilehernya”. (HR. Bukhari no: 2959, Muslim
no: 3022).
C. Akibat Dari Perbuatan Dzolim
Ketahuilah, perbuatan dholim tidak akan pernah membuahkan
kebaikan di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, segala sesuatu yang diperoleh
melalui jalan kedholiman baik itu berupa harta, pangkat, jabatan dan lainnya,
pasti akan berujung kebinasaan dan kehinaan. Olehnya hati-hati berlaku dholim,
karena ia akan menelurkan banyak mudharat bagi pelakunya, di antaranya:
Pertama:
Dholim adalah kegelapan pada hari kiamat.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اتَّقُوا
الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَ
Artinya
: Dari Jabir bin Abdullah, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: "Takutlah kalian dari berlaku dholim, sesungguhnya kedholiman
adalah kegelapan pada hari kiamat kelak”. (HR. Muslim no: 4675, Ahmad no: 13973).
Artinya, sikap dholim akan memadamkan cahaya
penuntun yang dibutuhkan seorang hamba pada hari itu. Allah Ta’ala mengabarkan
keadaan orang-orang munafik yang dholim terhadap diri mereka sendiri ketika
terusir dari keinginan mendapat imbasan cahaya orang-orang beriman. “Pada hari
ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang
yang beriman:
“Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil
sebagian dari cahayamu”. Dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang
dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”. (Qs. Al Hadid/57:13).
Kedua: Dholim membuat pelakunya bangkrut pada
hari kiamat.
Sungguh, manusia paling celaka dan merugi
adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan limpahan amal kebaikan, namun
sayangnya amal-amal itu tidak mendatangkan sedikitpun manfaat baginya. Mereka
sebagaimana disifatkan oleh Allah dalam kitab-Nya. “Bekerja keras lagi
kepayahan. Memasuki api yang sangat panas (neraka)”. (Qs. Al
Ghaasyiyah/88:3-4).
Termasuk diantaranya, mereka yang kerap
melakukan tindakan kedholiman terhadap orang lain. Rasulullah Shalllallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ
قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ
الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ
وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا
وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا
مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ
أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
Artinya
: “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?. Para sahabat menjawab : “Orang
yang bangkrut di antara kami adalah mereka yang tidak memiliki dirham dan tidak
pula perhiasan”. Kemudian beliau
bersabda: “Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada hari
kiamat kelak dengan pahala shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia pernah
mencela ini, menuduh ini, makan harta ini, membunuh itu, memukul itu. Maka
diambil amal kebaikan-kebaikannya dan diberikan
kepada orang-orang ia dholimi. Jika kebaikan milikmua telah habis, maka
diambil kesalahan-kesalahan (orang yang ia dholimi) kemudian dipikulkan ke atas
pundaknya. Baru kemudian ia di campakkan ke dalam api neraka”. (HR. Muslim no
4678, al-Tirmidzi no: 2342, Ahmad no: 7686, al-Thabarani no: 561).
Ketiga: Doa orang
terdholimi pasti diijabah oleh Allah,
sekalipun berasal dari orang fajir.
Ibnu Abbas ra berkata, ketika Rasulullah SAW mengutus
Mu’adz bin Jabal ke Yaman, beliau berpesan kepadanya:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ
الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
Artinya
: "Takutlah terhadap doa orang yang terdholimi, sesungguhnya tidak ada
antara dia dan Allah Ta’ala tabir
penghalang”. (HR. Bukhari no: 1401, Muslim no: 27, Abu Daud no: 1351,
al-Tirmidzi no: 567, al-Nasaai no: 2475).
Ingat, doa orang tertindas pasti memperoleh ijabah dari
Allah Ta’ala kendati keluar dari lisan pelaku dosa dan maksiat. Hal ini
dipertegas oleh Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah ra secara
marfu’:
دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
مُسْتَجَابَةٌ وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا فَفُجُورُهُ عَلَى نَفْسِهِ
Artinya
: “Doa orang yang terdholimi pasti makbul, kendatipun ia seorang yang fajir
(pelaku maksiat), karena kefajiran tersebut untuk dirinya sendiri”. (HR. Ahmad
no: 8440. Hasan).
Bahkan, akan dijawab oleh Allah Ta'ala kendati keluar
dari lisan orang kafir, sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
اتَّقُوا دَعْوَةَ
الْمَظْلُومِ وَإِنْ كَانَ كَافِرًا فَإِنَّهُ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ
Artinya
: "Takutlah terhadap doa orang yang terdholimi, kendati berasal dari
orangkafir, sesungguhnya tidak ada antara dia
dan Allah Ta’ala tabir penghalang”. (HR. Ahmad no: 12091, dan
dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah no: 767).
Dari keterangan beliau ini, kiranya cukup buat kita untuk
takut akan rintihan dan munajat orang-orang lemah dan tertindas di sekitar
kita. Doa yang mereka lantunkan adalah doa yang sanggup menggetarkan
pintu-langit. Semuanya akan dijawab oleh-Nya, sekalipun berasal dari para pelaku maksiat dan orang
kafir. Maka bagaimana kiranya jika doa tersebut dilantunkan oleh orang-orang
shaleh yang berjuang melawan kedurjanaan serta membela kebenaran dan keadilan
!? Wallahul musta’an!.
D.
Akhir Dari Kedzaliman
Kalau kita berkaca pada peristiwa-peristiwa lalu, akan
tampak bagi kita bahwa kesudahan dari kedholiman yang dilakoni manusia di atas
muka bumi adalah kebinasaan dan kehinaan. Dan sungguh dalam peristiwa-peristiwa
tersebut terpendam pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Allah Ta’ala
berfirman: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal”.(Qs. Yusuf/12:111). Lihatlah akhir dari
kelaliman tirani Fir’aun dan Namruz. Tak ada yang tersisa bagi keduanya
melainkan keping-kepng kehinaan yang terus dikenang hingga hari kiamat.
Demikian pula akhir dari rezim Al Hajjaj Ibnu Yusuf yang terkenal bengis dan
kejam. Ia pun binasa dalam kehinaan,
sepekan setelah meluncur doa dari lisan Said Ibnu Jubair ketika beliau akan
dieksekusi:
اللهم لا تسلطه على أحد بعدي
Artinya
: “Wahai Allah, Jangan engkau biarkan ia menguasai (mendhalimi) seorang-pun
setelahku". (Lihat: al-Bidayah Wa al-Nihayah, Ibnu Katsir 9/116).
Olehnya, hendaklah orang-orang yang berpikir mengambil
i’tibar. Tindakan dholim pada orang lain, pasti akan mendapat balasan yang
setimpal dari Zat yang selalu membela kaum lemah dan tertindas. Dan Dia maha
berkuasa atas segala sesuatu. “Sungguh pada hari kiamat kelak akan ditunaikan
(dikembalikan) semua hak-hak kepada pemiliknya, hingga kambing yang bertanduk
pun akan digiring (pada hari itu) dan diputuskan lantaran pernah menyeruduk
kambing yang tak bertanduk, (baru setelah itu mereka dikembalikan menjadi
tanah”. (HR. Muslim). Wallahu a’lam.
E.
Ancaman Bagi Orang Yang Berbuat Dzalim
Perbuatan zalim sangat tidak di sukai Allah
dan Rasulnya.Seperti riwayat dari HR Muslim berikut ini.
"Wahai hambaku, sesungguhnya aku telah
mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya(kezaliman
itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku dzalim..." (HR
Muslim).
Kita sesama hamba Allah diharamkan jika
berbuat zalim antara itu dengan yang lain. Sudahkah kita tidak berlaku zalim
kepada saudara, teman dekat kita hari ini. Semoga bisa di jadikan uswah dan
pelajaran dengan riwayat tersebut di atas. Khususnya buat penulis dan semua
kawan-kawan pada umunya.
Menurut syariat Islam, orang yang tidak
berbuat zalim bisa saja terkena siksaan, keyakinan ini berdasarkan dalam salah
satu ayat. Allah berfirman:
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang
tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu dan ketahuilah
bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (Al-Anfaal 8:25).
Ayat tersebut berisi peringatan untuk
berhati-hati (hadzr) akan azab yang tidak hanya menimpa yang zalim saja, tetapi
menimpa secara umum baik yang zalim maupun yang tidak zalim. Karena itu secara
syar’i, wajib hukumnya bagi orang yang melihat kezaliman/kemunkaran dan mempunyai
kesanggupan, untuk menghilangkan kemunkaran itu.
F.
Contoh-Contoh Perbuatan Dzalim
1. Buang Sampah
Membuang sampah sembarangan (tidak pada tempatnya).
Contoh ini merupakan sebagian kecil dari contoh dzolim bahkan sering kita
lakukan dan abaikan setiap hari dan tanpa kita ketahui bahwa ini termasuk
perbuatan dzalim (tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya)
2.
Kisah Raja Dholim Dan Raja Bijaksana
Rasulullah pada suatu waktu pernah berkisah. Pada zaman
sebelum kalian, pernah ada seorang raja yang amat dzalim. Hampir setiap orang
pernah merasakan kezalimannya itu. Pada suatu ketika, raja zalim ini tertimpa
penyakit yang sangat berat. Maka seluruh tabib yang ada pada kerajaan itu
dikumpulkan. Dibawah ancaman pedang, mereka disuruh untuk menyembuhkannya.
Namun sayangnya tidak ada satu tabib pun yang mampu menyembuhkannya.
Hingga akhirnya ada seorang Rahib yang mengatakan bahwa
penyakit sang raja itu hanya dapat disembuhkan dengan memakan sejenis ikan
tertentu, yang sayangnya saat ini bukanlah musimnya ikan itu muncul ke
permukaan. Betapa gembiranya raja mendengar kabar ini. Meskipun raja menyadari
bahwa saat ini bukanlah musim ikan itu muncul kepermukaan namun disuruhnya juga
semua orang untuk mencari ikan itu. Aneh bin ajaib.... walaupun belum musimnya,
ternyata ikan itu sangatlah mudah ditemukan. Sehingga akhirnya sembuhlah raja
itu dari penyakitnya.
Di lain waktu dan tempat, ada seorang raja yang amat
terkenal kebijakannya. Ia sangat dicintai oleh rakyatnya. Pada suatu ketika,
raja yang bijaksana itu jatuh sakit. Dan ternyata kesimpulan para tabib sama,
yaitu obatnya adalah sejenis ikan tertentu yang saat ini sangat banyak terdapat
di permukaan laut. Karena itu mereka sangat optimis rajanya akan segera pulih
kembali.
Tapi apa yang terjadi? Ikan yang seharusnya banyak
dijumpai di permukaan laut itu, tidak ada satu pun yang nampak..! Walaupun
pihak kerajaan telah mengirimkan para ahli selamnya, tetap saja ikan itu tidak
berhasil diketemukan. Sehingga akhirnya raja yang bijaksana itu pun mangkat...
Dikisahkan para malaikat pun kebingungan dengan kejadian
itu. Akhirnya mereka menghadap Tuhan dan bertanya, "Ya Tuhan kami, apa
sebabnya Engkau menggiring ikan-ikan itu ke permukaan sehingga raja yang zalim
itu selamat sementara pada waktu raja yang bijaksana itu sakit, Engkau
menyembunyikan ikan-ikan itu ke dasar laut sehingga akhirnya raja yang baik itu
meninggal?"
Tuhan pun berfirman, "Wahai para malaikat-Ku,
sesungguhnya raja yang zalim itu pernah berbuat suatu kebaikan. Karena itu Aku
balas kebaikannya itu, sehingga pada waktu dia datang menghadap-Ku, tidak ada
lagi kebaikan sedikitpun yang dibawanya. Dan Aku akan tempatkan ia pada neraka
yang paling bawah !
Sementara raja yang baik itu pernah berbuat salah
kepada-Ku, karena itu Aku hukum dia dengan menyembunyikan ikan-ikan itu,
sehingga nanti dia akan datang menghadap-Ku dengan seluruh kebaikannya tanpa
ada sedikit pun dosa padanya, karena hukuman atas dosanya telah Kutunaikan
seluruhnya di dunia!"
Kita dapat mengambil beberapa pelajaran dari kisah ini.
Pelajaran pertama adalah: Ada kesalahan yang hukumannya
langsung ditunaikan Allah di dunia ini juga; sehingga dengan demikian di
akhirat nanti dosa itu tidak diperhitungkan-Nya lagi. Keyakinan hal ini dapat
menguatkan iman kita bila sedang tertimpa musibah.
Pelajaran kedua adalah: Bila kita tidak pernah tertimpa
musibah, jangan terlena. Jangan-jangan Allah 'menghabiskan' tabungan kebaikan
kita. Keyakinan akan hal ini dapat menjaga kita untuk tidak terbuai dengan
lezatnya kenikmatan duniawi sehingga melupakan urusan ukhrowi.
Pelajaran ketiga adalah: Musibah yang menimpa seseorang
belum tentu karena orang itu telah berbuat kekeliruan. Keyakinan ini akan dapat
mencegah kita untuk tidak berprasangka buruk menyalahkannya, justru yang timbul
adalah keinginan untuk membantu meringankan penderitaannya.
Pelajaran keempat adalah: Siapa yang tahu maksud Allah ?
G.
Cara untuk menghindari perbuatan dzalim
Cara
untuk menghindari perbuatan dzalim yaitu :
1. Selalu berusaha untuk mengingat dan
mendekatkan diri Allah.
2. Meyakini bahwa Allah selalu melihat
perilaku yang kita lakukan setiap saat.
3. Meyakini bahwa Allah akan membalas segala
perbuatan yang dilakukan. Apabila yang kita lakukan baik maka Allah akan
membalas dengan hal yang baik dan begitu pula sebaliknya.
A. Berilah tanda silang (x) a,b,c,dan d pada
jawaban yang paling benar
1. Bagaimanakah cara menghindari hasud…..
a. Meningkatkan mutu keimanan agar
memiliki nilai—nilai agama yang tinggi
b. Mengurangi berbagai masalah
c. Melaksanakan perbuatan tercela secara
istiqomah
d. Menghilangkan kesadaran bersolideritas
antara sesame
e. Sabar, ikhlas, tawakal, dan tabah
untuk menghilangkan kepercayaan
2. Di bawah ini yang bukan termasuk tanda
orang yang beersifat riya’ adalah
a. Melakukan perbuatan baik karena Allah
b. Beribadah hanya sekedar ikut-ikutan
c. Terlihat tekun beribadah karena di
puji
d. Berusaha memperlihatkan perbuatan
baiknya agar di ketahui orang lain
e. Tidak berammal baik jika tidak di
lihat orang
3. Seorang muslim yang keluar dari agamanya
di sebut murtad hal ini termasuk zalim terhadap
a. Orang lain d. Nikmat Allah SWT
b. Diri sendiri e. Makhluk lain
c. Allah SWT
4. Membuat gaduh yang menjadikan orang
lain tidak tenang di sebut
a. Riya’ d. zalim
b. NIfak e. kufur
c. Hasud
5. Sifat hasud atau dengki tidak dapat
muncul di karenakan
a. Adanya rasa permusuhan dan kebencian
b. Ada hati yang buruk dan enggan berbuat
baik kepada sesama manusia
c. Ada niat jelek ter hdap orrang lain
d. Melihat kelebihan orang lain yang
tidak bisa menandingi
e. Timbulnya kesadaran dan kesabaran diri
6. Ibadah yang bertujuan agar dapat di
lihat orang lain di sebut
a. Hasud d. takabur
b. Riya’ e. nifak
c. Dengki
7. Rasulullah bersabda jauhilah dirimu
dari sifat dengki karena sesungguhnya sifat dengki itu memakan kebaikan
seperti….
a. Air dalam keledai d. Api memakan kayu
bakar
b. Pinang di belah dua e. Api dalam sekam
c. Pagar makan tanaman
8. Seseorang yang mempunyai sifat dengki
hidupnya akan….
a. Damai d. Bahagia
b. Ikhlas e. gelisah
c. tenang
9. perbuatan tercela yang telah di
ibaratkan Rosul adalah sebagai syirik kecil
a. iri hati d. hasud
b. munafik e. riya’
c. zalim
10. Meminum-minuman keras yang memabukan
adalah contoh orang yang berbuat….
a. Zalim d. baik
b. Dosa e. fitnah
c. Kufur
11. Seorang yang berbuat zalim akan
mendapatkan akibat
a. Pujian d. azab yang pedih
b. Keberkahan e. rahmat Allah
c. hinaan
12. Salah satu ciri sifat hasud adalah
a. Apa yang di katakana tidak sesuai
dengan yang ada di dalam hati
b. Suka merendahkan dan meremehkan orang
lain
c. Tidak merasa puas dengan apa yang ddi
peroleh
d. Senang melihat oranng lain dalam
kesusahan
e. Tidak senang melihat oorang lain
mendapat kenikmatan
13. Dosa besar yang tidak akan
mendapatkan ampunan Allah SWT adalah
a. Fitnah d. syirrik
b. Ghibah e. hasud
c. namimah
14. Jika akan membunuh binatang hendaknya
dengan cara yang terbaik . maksudnya
a. Tidak boleh menyiksa
b. Membunuh dengan sedikit demi sedikit
c. Binatang di takdirkan untuk di
konsumsi manusia
d. Binatang mempunyai hak di perlakuukan
secara baik
e. Binatang perlu di tempatkan pada
posisi yang terhormat
15. Contoh sholat yang di lakukan dengan
riya’
a. Fauzan tekun melakukan sholat
b. Helmi setiap hari pergi ke masjid agar
dapat lebih dekat dengan hilma
c. Nafis rajin sholat setelah di beri
nasehat ustadnya
d. Fitri sholat dengan tekun karena
dengan sholat dirinya lebih tenang
e. Rafi kadang kadang rajin sholat di
masjid tapi kadang tidak
16. Dalam QS Al-Hujrot; 12 di jelaskan
barang siapa yang senang mencari cari kesalahan orang lain di ibaratkan seperti
a. Memakan bangkai saudaranya yang telah
mati
b. Anjing yang menelan muntahnya
c. Orang yang berjalan tidak tau arah
d. Orang-orang yang berada di tengah
lautan
e. Orang yang tuli
17. Berikut ini merupakan salah satu cara
untuk menghilangkan rasa riya
a. Melakukakn perbuatan baik dengan
sembunyi sembunyi
b. Memberi sumbangan yang tidak memakai
nama
c. Menganggap yang di lakukan sekedar
menjalankan kewajiban
d. Memberikan bantuan tanpa menyebutkan
namanya
e. Mengikuti bakti sosial untuk menyalurkan
bantuan-bantuanya
18. Akibat dari perbuatan dengki adalah
sebagai berikut, kecuali……
a. Kerisauan dan kegelisahan akibat rasa
kebencian
b. Akan di jauhi manusia
c. Mendapat sanjungan orang lain
d. Jauh dari rahmat Allah
e. Hancurnya kebaikan-kebaikan yang telah
di lakukannya
19. Kita tidak boleh berbuat zalim kepada
siapapun, termasuk kepada alam semesta. Berikut ini perbuatan perbuatan yang
termasuk zalim terhadap alam, kecuali …
a. Membuang hajad di sungai
b. Membuang air limbah langsung di sungai
c. Menebang pohon dengan semena-mena
d. Meninggalkan sampah-sampah plastik di
gunung-gunung
e. Merusak terumbu karang
20. وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ
لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ
وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Pada QS AN-NISA: 32 Terdapat larangan bagi umat
islam untuk bersifat
a. Idealis d. iri hati
b. Takabur e. egois
c. Riya’
A. ISILAH TITIK-TITIK DI BAWAH INI
1. Jelaskan pengertian
Riya’……………………………………………………………………………………………..2. Apa yang di maksud dengan
3. Ibadah yang di lakukan hanya
menginginkan pujian di sebut…………………………
4. Seseorang yang memperlakukan orang lain
dengan tidak semestinya dengan tujuan ingin menyakiti atau menyusahkan orang di
sebut……………………………………………………………………
5. Seseorang yang memperlakukan orang
lain dengan tidak semestinya dengan tujuan ingin menyakiti atau menyusahkan
orang di
6. Sebutkan macam-macam riya’
7. Sebutkan bahaya zallim terhadap diri
sendiri
8.
Sebutkan bahaya zalim terhadap orang lain
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
© Mania Ilmu 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates